2. Loading ...
3. Loading ...

Selasa, 25 Februari 2014

FanFiction

Hallo sobat kreatif..
Pada postingan kali ini, kami ingin berbagi cerpen yang mungkin akan bermanfaat buat sobat semua. Yuk disimak bersama :)

I Know What You Feel

Cast :
Hwang Hyeju
Cha Jonghyun
Kim Minhyuk
Cha Jin Ri
Ham Hana

Genre :
Drama Romance

         Summary :
Hyeju, gadis polos yang baru saja masuk ke jenjang perkuliahan tiba tiba jatuh cinta pada seorang lelaki yang tak pernah bicara dengannya sebelumnya. Minhyuk yang adalah sahabat dekatnya merasa Hyeju harus mendapatkan cintanya tersebut, ia mencoba untuk mendekatkan Hyeju dengan seorang lelaki bernama Jonghyun yang sebenarnya adalah teman SMA Minhyuk. Tapi ternyata, Jonghyun tak merespon rasa suka Hyeju karna ia ingin fokus dengan kuliahnya, ditambah lagi ia acuh dan tak mengerti rasa cinta. Meski begitu Hyeju tampak tak putus asa. Banyak hal yang selalu ia lakukan hingga membuat Jonghyun selalu memperhatikannya. Dapatkah Jonghyun membuka hatinya untuk gadis seperti Hyeju?

..
“Hyeju!” Minhyuk meneriakinya berkali kali karna gadis itu tak kunjung keluar dari kamarnya, “Iya, tunggu sebentar!” Balas Hyeju. Ia tengah merapikan rambutnya yang tergerai didepan cermin, sedangkan Minhyuk tengah menunggunya diruang tamu untuk pergi bersama, “Hyeju masih lama ya? Dia memang selalu seperti itu” Ketus Ibu Hyeju, “Ah.. Tak apa bi, aku akan menunggu” Minhyuk menyunggingkan sedikit senyumannya pada Ibu Hyeju, “Sarapanlah dulu, Hyeju juga belum sarapan sepertinya”
“Tidak usah bi,”
“Kau masih menganggap ku seorang ibu kan?” Ibu Hyeju menarik Minhyuk untuk berdiri dari duduknya dan ikut sarapan bersama Hyeju nanti. Ini lah yang tak bisa Minhyuk tolak, Ibu Hyeju sangat baik padanya dan sudah ia anggap sebagai orang tuanya sendiri. Minhyuk tak lagi memiliki orang tua. Kedua orang tuanya meninggal saat ia masuk ke jenjang SMP dan mulai saat itu, Minhyuk mengontrol kehidupannya sendiri di sebuah komplek rumah yang dulu adalah rumah yang ia tempati dengan keluarganya. Namun semenjak kedua orang tuanya meninggal, Minhyuk tak lagi memiliki siapapun karna ia adalah anak tunggal. Hanya Ibu Hyeju yang selalu memperhatikan keadaannya. Ibu Hyeju mengantarkan kue atau makanan yang ia masak untuk Minhyuk setiap harinya.
Hyeju hanya tinggal bersama Ibu nya yang seorang pengusaha butik terkenal di Seoul, karna saat Hyeju masih kecil, kedua orang tuanya bercerai dan Ayah nya menikah dengan wanita lain. Hyeju terpukul dengan kejadian tersebut, saat itu Minhyuk lah yang selalu menyemangatinya untuk tetap tersenyum meski kedua orang tuanya tak lagi tinggal bersama, karna itu lah Hyeju selalu berada disamping Minhyuk sampai saat ini, ia seakan tak ingin membiarkan Minhyuk kesepian tanpanya. Meskipun begitu, tampaknya perasaan diantara mereka hanyalah sebatas teman. Tak ada hal lain yang istimewa, atau mungkin suatu saat perahabatan itu bisa berubah menjadi sebuah cinta yang baru, kita tak tau apa yang terjadi selanjutnya, yang jelas saat ini Hyeju dan Minhyuk hanyalah sebatas teman dekat,
 “Maaf, apa aku lama?” Ujarnya menggemburkan sedikit senyuman pada Minhyuk yang duduk dikursi meja makan mereka. Hyeju ikut duduk disebelah Minhyuk, “Sangat lama” Balas Minhyuk dengan nada ketus, “Maaf Minhyuk. Kita belum terlambat kurasa”
“Ya, kau rasa. Kurasa kita sudah terlambat 10 menit yang lalu” Jawab Minhyuk menatap ke arah mangkuknya yang penuh dengan nasi, “Bibi, apa aku harus makan sebanyak ini?” Tanya nya karna merasa nasi itu terlalu banyak, “Makanlah. Sesekali kau perlu makanan yang sehat. Makanlah yang banyak hari ini” Pinta Ibu Hyeju sambil tersenyum, Minhyuk hanya mengangguk mengerti, “Terimakasih Bibi,” Ujarnya membungkukkan sedikit kepalanya,
“Ibu, mana nasi untukku?” Ketus Hyeju saat mangkuknya belum terisi nasi, “Gadis manja. Ambil sendiri nasimu” Ketus Ibunya sambil membawa beberapa makanan pelengkap sarapan mereka. Minhyuk tampak terkekeh kecil sedangkan Hyeju tampak kesal.
Setelah menyelesaikan sarapan, Minhyuk dan Hyeju berjalan menuju mobil milik Minhyuk. Hanya tersisa mobil itu satu satunya dari peninggalan kedua orang tuanya. Mobil sport biru yang dulu menjadi sesuatu yang sangat dibanggakan Ayah nya.
Saat mereka masuk ke mobil, Hyeju tampak masih kesal dengan sikap Minhyuk yang menertawakannya, “Kau kenapa?” Tanya Minhyuk yang tampak tak lagi mempermasalahkan kejadian tersebut, “Tidak”
“Kenapa?” Tanya Minhyuk sekali lagi. Ia tau maksud ucapan Hyeju setiap kali ia menggeleng seperti itu, “Aku kesal padamu!” Ketus Hyeju menatap Minhyuk yang berada disampingnya, “Kesal kenapa? Aku salah apa?” Tanya Minhyuk bingung,
“Entahlah”
“Hei Hyeju?”
“Aku bilang tidak tau!” Bentak Hyeju ketika Minhyuk tak berhenti menanyainya dengan sesuatu yang tak ia sukai. Minhyuk mengeluh pelan, merasa Hyeju benar benar kesal padanya saat ini, “Maafkan aku. Walaupun aku tak tau salah ku apa, aku minta maaf” Gumam Minhyuk. Wajah kesal Hyeju perlahan memudar, ini lah hal yang membuatnya tak dapat marah pada Minhyuk lebih lama. Setiap kali mereka memiliki masalah, Minhyuk yang selalu lebih dulu mengatakan maaf meski saat itu Hyeju lah yang salah. Minhyuk begitu memahami sikap Hyeju yang seperti ini, “Baiklah, cepat jalan” Ujar Hyeju karna Minhyuk terus menatapnya sebelum ia memaafkan lelaki itu. Minhyuk tersenyum dan menghidupkan mesin mobilnya sebelum mulai mengendarai ke arah kampus.
Setiba dikampus, Hyeju berjalan beriringan dengan Minhyuk, “Ah, lelaki itu” Batin Hyeju menatap kearah lelaki yang sudah lama ia sukai. Lelaki itu tengah berjalan ke arahnya, lalu berselisih disampingnya. Sebelum itu ia sempat menebar senyum dan mengangkat sebelah tangannya seolah tengah menyapa Hyeju, “Dia tersenyum.. padaku?!” Batin Hyeju kembali terpana dengan senyuman tersebut. Hyeju menghentikan langkah nya lalu berbalik menatap punggung lelaki yang berjalan menjauh darinya. Pipi Hyeju memerah padam seakan memanas. Minhyuk yang saat itu berada disampingnya ikut berbalik, “Ada apa?” Tanya nya karna melihat Hyeju hanya terdiam, “Aku menyukai lelaki itu” Tunjuknya pada punggung lelaki yang baru saja berselisih dengan mereka, “Jonghyun maksudmu?”
“Jonghyun? Namanya Jonghyun? Benarkah?” Pekiknya antusias, membuat Minhyuk memandang heran, “Kalau suka dia kenapa tidak bilang?”
“Apa? Bilang katamu? Aku harus bilang kalau aku menyukainya?”
“Tentu saja. Memangnya kau ingin ada yang lain mendahuluimu? Jonghyun itu.. sangat populer di kalangan gadis kampus ini” Ujar Minhyuk seakan membuat Hyeju mulai kesal dengan hal tersebut, “Hei Minhyuk, kenalkan aku padanya!” Tegas  Hyeju yang langsung menatap tajam ke arah Minhyuk yang tampak terkejut dengan reaksi Hyeju, “Apa? Kenapa aku?” Ketusnya bingung, “Minhyuk, kau kan lelaki sepertinya. Kenalkan aku padanya” Rengek Hyeju menarik lengan Minhyuk. Lelaki itu tampak menarik nafas panjang, “Kenapa kau selalu menjadikanku sebagai penghantar seperti ini” Ketusnya,
“Jadi kau tidak mau?” Ketus Hyeju mencibir sedih. Minhyuk tak tega melihat wajah tersebut langsung mengangguk, “Baiklah, akan ku kenalkan kau padanya”
“Hah Benarkah?! Terima kasih Kim Minhyuk ” Pekik Hyeju sontak memeluk Minhyuk erat karna ia merasa senang dengan hal tersebut, Minhyuk hanya berwajah datar saat Hyeju memeluknya karna hal ini sering terjadi.
..
Jam menunjukkan pukul setengah tiga sore. Hyeju baru saja menyelesaikan jadwal kuliahnya untuk hari ini. Saat keluar ruangan tampak ia begitu lelah karna mengeluh, “Hyeju?” Panggil Minhyuk yang sudah berdiri disamping ruangannya menunggu gadis itu untuk pulang bersama dengannya. Hyeju yang mendengar panggilan itu sontak menghampiri Minhyuk, “Kau lelah?” Tanya Minhyuk melihat wajah Hyeju yang tampak tak bersemangat, “Sangat lelah” Jawabnya lemas, “Kalau begitu, kau tak boleh terlihat lelah dengan ini” Ujar Minhyuk yang dengan cepat menarik Hyeju ke arah tangga menuju lobi, “Kita mau kemana?” Tanya Hyeju bingung, “Ikut saja” Jawab Minhyuk yang terus menarik Hyeju hingga sampai di lantai bawah, “Minhyuk, pelan sedikit, aku lelah” Gumam Hyeju karna Minhyuk jalan terlalu cepat dan ia terpaksa mengikuti langkah kaki Minhyuk agar tak tertinggal, “Sebentar lagi” Minhyuk akhirnya berhenti di ujung sebuah gedung dan melihat ke arah bawah pepohonan, “Lihat disana” Tunjuk Minhyuk ke bawah pepohonan tersebut, Hyeju mengalihkan pandangannya ke arah sesuatu yang Minhyuk tunjuk, “Huh? Jonghyun!” Ujarnya terkejut,
“Benar. Kau bilang ingin berkenalan dengannya kan?” Minhyuk tersenyum penuh arti, “Apa? Aku tidak berani!” Geleng Hyeju, “Hei, kau bilang ingin bicara dengannya. Sudahlah ayo!” Minhyuk kembali menarik Hyeju mendekat, “Tidak, aku tidak mau! Minhyuk lepaskan aku!” Ujarnya menarik ke arah yang berbeda dari tarikan Minhyuk. Namun Minhyuk yang tak putus asa berpindah langkah ke belakang Hyeju dan mendorong punggungnya untuk mendekat ke arah Jonghyun yang tengah duduk sambil membaca sebuah buku di bawah pohon.
Minhyuk berhasil mendorongnya mendekat, “Cha Jonghyun!” Panggil Minhyuk yang masih mendorong tubuh Hyeju. Sontak mendengar panggilan itu Jonghyun mengangkat kepalanya yang sejak tadi memperhatikan buku. Minhyuk menggenggam kedua bahu Hyeju yang tampak memucat karna berdiri dekat dengan Jonghyun, “Nama nya Hyeju, ia bilang ingin berkenalan denganmu”
“Ha.. Hai?” Gumam Hyeju dengan gugup dan melambaikan sebelah tangannya pada Jonghyun yang hanya diam menatapnya, “Baiklah, kalau begitu akan ku tinggal sebentar. Berbincanglah” Ujar Minhyuk berlari menjauh dari sana meninggalkan Hyeju dengan wajahnya yang memerah dan Jonghyun yang masih menatapnya dalam keadaan diam. Hening beberapa saat hingga Jonghyun mengubah posisi duduk dan menutup buku yang ia baca sebelum memasukkannya ke dalam tas, “Jadi.. apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Tanya Jonghyun memulai pembicaraan. Hyeju yang masih berdiri dihadapannya hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, “Ng.. Tadi pagi kau menyapaku” Jawab Hyeju tersipu,
“Benarkah? Aku tak pernah merasa menyapa mu” Jonghyun menyela, “Tapi tadi pagi..”
“Memangnya tadi pagi kau sedang apa? Aku tak ingat pernah menyapamu” Hyeju berpikir sejenak, memutar otaknya tentang kejadian tadi pagi, “Tadi pagi aku sedang berjalan dengan... Minhyuk” Jawabnya, kini giliran Jonghyun yang tampak berpikir, “Jadi kau yang berada disamping Minhyuk tadi pagi? Aku ingat, aku menyapa Minhyuk, bukan dirimu” Hyeju tertunduk dengan mata membulat, ia terkejut dengan jawaban Jonghyun. Ternyata ia salah fokus. Kenapa dengan bodohnya ia berpikir bahwa dialah yang di sapa oleh Jonghyun. Benar juga, Minhyuk tampaknya saat itu juga mengangkat tangan dan tersenyum pada Jonghyun. Hanya saja Hyeju tak melihat respon Minhyuk saat itu karna ia hanya terfokus pada wajah Jonghyun. Lama Hyeju menunduk karna malu dan tak berani mengangkat kepalanya lagi, “Kau baik baik saja?” Tanya Jonghyun yang menyadarkannya dari pikira pikiran buruk yang saat itu ia pikirkan, “Ah ya. Aku baik. Aku pergi dulu sampai jumpa” Ujar Hyeju membungkuk lalu berlari pergi dari hadapan Jonghyun yang sudah berdiri mendekat ke arahnya, “Aneh” Batin Jonghyun menggeleng pelan.
..
“Bb... bhhh... BUAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!” Minhyuk menahan perutnya yang terasa sakit karna tertawa lepas mendengar cerita Hyeju, “KIM MINHYUK! Bukannya menghibur ku kau malah menertawaiku! Aku malu” Rengeknya mencibir sedih,
“Kau ini bodoh atau apa. Kenapa tidak bertanya dulu tentang itu padaku. Jonghyun itu temanku saat SMA. Tentu saja ia mengenaliku. Kenapa kau tiba tiba berkata dia menyapamu meskipun ia tak mengenalimu. Dasar Bodoh, hahahaha” Minhyuk kembali tertawa lepas disofa kamar Hyeju. Karna kesal Hyeju melempar bantal di sampingnya hingga tepat mengenai wajah Minhyuk, “Hei! Kalau kau ingin terus menertawaiku pergi sana!” Ketus Hyeju lalu beranjak dari kasurnya dan berlari ke kamar mandi sebelum menguncinya dari dalam. Minhyuk yang menyadari Hyeju benar benar kesal sontak menghentikan tawanya dan mendekat ke arah pintu kamar mandi, “Hyeju maafkan aku” Gumam Minhyuk mengetuk pintu kamar mandi itu beberapa kali namun tak ada jawaban. Tampaknya Hyeju benar benar marah padanya, “Nanti malam mau keluar denganku? Aku akan membawamu melihat tempat favorite Jonghyun” Gumamnya, tak selang beberapa menit pintu kamar mandi itu terbuka dengan cepat, “Benarkah?!” Pekiknya tak percaya yang membuat Minhyuk terkejut karna pintunya terbuka tiba tiba, “Hei! Kau ini! Bagaimana jika tadi aku bersandar di pintunya!” Ketus Minhyuk mengelus dadanya,
“Memang siapa suruh kau bersandar di pintu” Cibir Hyeju, Minhyuk hanya mengalihkan pandangannya lalu kembali duduk disofa, “Kau benar benar ingin membawaku ke tempat favorite Jonghyun kan?” Tanya nya memperjelas kembali, “Kalau tidak jadi bagaimana?”
“Aku akan masuk ke kamar mandi lagi!” Hyeju kembali menutup pintunya dengan bantingan, “BAIKLAH! NANTI MALAM KITA PERGI!” Teriak Minhyuk lalu kembali Hyeju membuka pintunya dan berlari ke atas kasur dengan wajah senang, “Ah.. gadis ini benar benar” Bisiknya pada diri sendiri,
“Minhyuk, sebenarnya Jonghyun itu ada di jurusan apa?” Tanya Hyeju, “Entahlah. Tapi sepertinya dia masuk jurusan bahasa asing. Dia memiliki kemampuan di sana. Mungkin saja ia bisa masuk di perusahaan asing Amerika” Jawab Minhyuk mengeluarkan sebuah ponselnya yang terasa sedikit berdering, “Ya? Halo? Baiklah, aku akan membawanya besok. Baik” Minhyuk kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku, “Siapa?” Tanya Hyeju,
“Temanku, ia minta tugas yang minggu depan dikumpul 2 hari lagi” Hyeju mengangguk mengerti, “Hm, Minhyuk. Kau.. tidak punya orang yang disukai?” Gumam Hyeju, “Memangnya kenapa?”
“Tidak, Aku hanya bertanya, tidak mungkin kau tak punya orang yang kau sukai” Minhyuk diam sejenak, “Saat ini sepertinya belum” Jawab Minhyuk tersenyum pada Hyeju, “Hm begitu. Atau kau tak bisa berinteraksi dengan baik? Aku sudah sering kali memiliki kekasih. Tapi aku tak pernah melihat mu membawa gadis selain aku didalam mobil”
“Itu karna gadis yang masuk ke dalam mobilku hanya orang yang istimewa” Gumamnya dengan nada kecil, “Apa?” Hyeju tampaknya tak begitu mendengarkan, “Tidak,  Aku harus kembali ke rumah. Aku akan menjemputmu jam 7 nanti malam” Minhyuk tampak beranjak dari duduknya dan keluar dari kamar Hyeju. Meninggalkan gadis itu yang masih bingung dengan kalimat terakhir Minhyuk yang tak begitu ia dengar,
“Hah.. Sampai kapan..” Batin Minhyuk tersenyum sinis berjalan menuruni tangga rumah Hyeju menuju lantai satu dan keluar dari rumah tersebut sebelum berjalan ke arah rumahnya yang berada disamping rumah Hyeju.
Sementara itu Hyeju melihat Minhyuk yang baru saja masuk ke rumahnya. Setidaknya ia menunggu Minhyuk muncul di kamarnya karna jendela kamar mereka sejajar hingga Hyeju dapat melihat apa yang Minhyuk lakukan didalam kamarnya jika tirai tersebut terbuka.
..
Malam itu tepat jam 7, Minhyuk keluar dari rumahnya menuju mobil untuk menjemput Hyeju di samping rumahnya. Saat ia melangkah keluar, matanya membulat tak percaya ketika melihat Hyeju tengah berada dihadapannya sambil melambai lembut, “Hyeju?” Panggilnya tak percaya, “Hm?” Jawab Hyeju menggelar senyum di bibirnya,
“Kau.. Kau kenapa bisa..”
“Kenapa kau bisa terkejut seperti itu?” Ketus Hyeju mengubah wajahnya menjadi kusut, “Bukan begitu, biasanya kan kau selalu terlambat” Jawab Minhyuk. Hyeju kembali terkekeh kecil, “Aku tidak mau membuang waktu ku. Cepatlah, kau bilang akan membawaku ketempat favorite Jonghyun” Hyeju menarik Minhyuk mendekat ke arah mobil dan ia masuk lebih dulu. Minhyuk hanya terperangah melihat semangat gadis itu, “Woah..” Gumam Minhyuk dalam hati melihat sikap Hyeju yang begitu bersemangat,
“Hei Minhyuk. Cepatlah” Teriak Hyeju yang sudah berada didalam mobil. Minhyuk akhirnya masuk ke dalam mobil dan menghidupkan mesin sebelum mereka berangkat dari pekarangan rumahnya,
“Jadi Hyeju, kau benar benar menyukai Jonghyun?” Minhyuk tampak memulai pembicaraan setelah mereka diam beberapa saat, “Memangnya harus seberapa serius lagi aku menjawab pertanyaan itu. Minhyuk, aku benar benar menyukainya” Tegas Hyeju memperjelas hal yang tampaknya belum serius oleh Minhyuk, “Benar begitu?” Tanya nya masih tak percaya,
“Bagaimana caranya agar kau bisa percaya keseriusanku ini?”
“Tidak, jangan lakukan apapun, aku percaya” Minhyuk mengalihkan pandangannya ke arah spion mobil melihat kendaraan dibelakangnya, sebenarnya ia menyembunyikan sesuatu. Sesuatu yang sangat ingin ia katakan namun tak pernah terwujud, meskipun terwujud, ia tak yakin itu akan menjadi berita menyenangkan dalam hidupnya.
Minhyuk membawa Hyeju ke arah tepian Sungai Han. Disana mereka berhenti dan Minhyuk lebih dulu keluar dari mobil sedangkan Hyeju terperangah karna ia dibawa ke tempat yang umumnya ramai di datangi warga Korea lainnya, “Hei Minhyuk, kau tidak sedang berusaha membohongiku kan? Tempat macam apa ini, kau bilang ingin-”
“Lihat disana” Tunjuk Minhyuk ke arah seseorang yang tengah memakan sandwich di tepi sungai tersebut, “Jonghyun..” Panggil Hyeju dengan nada terkejut namun lembut, “Kenapa ia ada disini?”
“Ini menjadi tempat favoritenya, semenjak kedua orang tuanya bercerai. Dan lebih parahnya, Jonghyun tak memiliki siapapun di Seoul. Ayahnya pergi keluar negeri dan menikah bersama wanita lain, sedangkan Ibunya tak lagi mempedulikannya, bahkan saat ini ia tak tau Ibunya ada dimana. Setiap malam, ia selalu berdiri disana sambil membeli sandwich dan menikmati pemandangan sungai Han sampai jam 9 malam, lalu ia pulang dan tidur. Ia tak bisa mengubah hal itu, ia terlalu kesepian. Tapi di sekolah, ia memperlihatkan sisi baik seolah ia memiliki keluarga yang harmonis. Setelah pulang sekolah ia akan kembali memperlihatkan sisi buruknya, yaitu diam dan mengingat semua hal yang pernah ia lakukan bersama kedua orang tuanya lagi-”
“Sama sepertiku..” Potong Hyeju yang tanpa sadar menangis sambil menatap Jonghyun yang masih termenung menatap air sungai sambil sesekali menggigit sandwich ditangannya. Minhyuk sontak terkejut melihat air mata Hyeju mengalir keluar meski ia tak terisak sedikitpun, “Hyeju..”
“Sayangnya... Ibuku selalu mengkhawatirkanku. Ibuku masih menganggap keberadaanku. Ibuku masih..” Hyeju menyeka air matanya lalu berusaha untuk tersenyum, “Aku tak menyangka dibalik sikap dingin Jonghyun, ia memiliki masalah seperti ini. Broken home.. Aku tau apa yang ia rasakan. Aku tau rasa kesepiannya, aku tau betapa ia ingin keluarganya kembali berkumpul”
“Hei Hyeju sudah lah jangan menangis” Gumam Minhyuk cemas, ia hanya tak menyangka Hyeju tiba tiba menangis seperti itu melihat keadaan Jonghyun. Minhyuk mengeluarkan saputangan yang terus ia bawa disakunya, “Ini, pakailah” Minhyuk mengulurkan sapu tangan tersebut dan Hyeju menyeka air matanya dengan saputangan yang baru saja Minhyuk berikan.
Malam itu, Hyeju memohon pada Minhyuk agar ia bisa menunggu Jonghyun sampai ia menghabiskan sandwich nya lalu pulang kerumah. Hyeju seakan tak tega meninggalkan Jonghyun sendiri meski Jonghyun tak menyadari keberadaan mereka.
..
Pagi ini, Hyeju tampak tak bersemangat. Minhyuk yang saat itu menjemputnya ke rumah untuk pergi bersama heran ketika Hyeju mengatakan bahwa ia akan pergi terlambat hari ini. Entah kenapa setelah melihat keadaan Jonghyun tadi malam Hyeju tak berhenti menangis hingga tertidur diperjalanan pulang. Minhyuk hanya tak menyangka Hyeju begitu mengkhawatirkan sosok Jonghyun yang saat ini ia sukai. Sedangkan dalam kehidupan sebenarnya, lebih menyakitkan apa yang Minhyuk hadapi. Walaupun begitu tampak nya Minhyuk bukan tipe lelaki yang selalu mempermasalahkan sesuatu. Mungkin Hyeju dapat merasakan apa yang Jonghyun rasakan karna ia juga mengalami hal yang sama dalam keluarganya,
“Hyeju kau yakin tak ingin pergi denganku?” Tanya Minhyuk beberapa kali mengetuk pintu kamar Hyeju, “Iya, aku akan menyusulmu nanti” Jawabnya dengan suara serak, “Hyeju kalau ada apa apa katakan padaku, jangan diam seperti ini”
“Aku tak apa, Hyuk” Minhyuk menyerah, ia mengerti. Mungkin saat ini Hyeju ingin ditinggal sendiri, “Baiklah, aku pergi. Sampai jumpa dikampus” Gumam Minhyuk namun tampaknya tak ada balasan dari Hyeju. Minhyuk berbalik, menuruni tangga satu persatu. Dibawah tampak Ibu Hyeju menunggu Minhyuk untuk bertanya, “Ada apa dengan Hyeju?”
“Entahlah bi, mungkin ia sedang sakit atau ada masalah. Tadi malam ia melihat temannya sedih, mungkin juga karna itu bi,” Jawab Minhyuk, “Begitu, Bibi khawatir jika dia tiba tiba sakit. Sebenarnya Bibi harus pergi ke Okayama untuk melihat butik disana. Apa dia bisa ditinggal sendiri?”
“Bibi mau ke Jepang?”
“Iya, mungkin untuk seminggu atau lebih. Tapi kalau seperti ini Bibi tak tega meninggalkannya” Minhyuk berpikir sebentar, “Bibi bisa pergi, aku akan menjaga Hyeju untuk Bibi”
“Apa kau yakin?”
“Hanya untuk seminggu atau lebih kan? Aku bisa, bi. Tenang saja, lagipula Hyeju sudah dewasa. Ia tau apa yang harus ia lakukan”
“Benar juga, kalau begitu Bibi akan percaya kan Hyeju padamu” Minhyuk tersenyum ketika Ibu Hyeju menepuk bahu Minhyuk seakan ia benar benar akan mempercayai Hyeju pada Minhyuk, “Baiklah, kalau begitu aku akan pergi ke kampus dulu” Minhyuk membungkuk tanpa memudarkan senyumannya pada Ibu Hyeju, “Hati hati dijalan”
“Baik, bi” Minhyuk berjalan lurus ke arah pintu keluar rumah tersebut dan segera menuju mobilnya.
..
Sampainya Hyeju dikampus, ia langsung mencari dimana Jonghyun. Ia memutuskan sesuatu yang sulit pastinya. Ia tak ingin melihat Jonghyun setiap malamnya harus melakukan hal seperti itu. Tak apa ia lakukan dalam musim ini, tapi sebentar lagi musim dingin. Apa ia akan melakukan hal yang sama ditengah rasa dingin yang akan membekukan tubuhnya?
Hyeju mencari Jonghyun dibagian bahasa asing, “Permisi, Apa Cha Jonghyun ada?” Tanya nya pada beberapa orang yang melewati pintu depan gedung bahasa. Namun setiap kali ia bertanya, ia mendapatkan jawaban yang sama dari beberapa gadis, “Kau siapanya Jonghyun?”
“Aku temannya” Lalu mereka tak lagi menjawab dan pergi dengan wajah kesal. Sepertinya mereka salah satu penggemar Jonghyun di sana. Sampai akhirnya Hyeju melihat Jonghyun keluar dari gedung dengan beberapa teman temannya.
Ya, memang. Ia sangat terlihat keren ketika berjalan seperti itu. Parasnya yang cocok dengan sikap cuek menambah kharisma saat memandangnya. Hyeju terpana sesaat, namun tampaknya Jonghyun tak menyadari keberadaan Hyeju meski ia berselisih dengan Hyeju saat menuruni tangga gedung, “Jonghyun?” Panggil Hyeju saat tau Jonghyun tak memandang ke arahnya. Mendengar panggilan itu sontak Jonghyun berbalik mencari asal suara tersebut, “Kau lagi?” Ujarnya yang ikut ditatap oleh teman teman lelakinya yang lain. Hyeju menggaruk tengkuknya gugup, “Bisa... kita bicara?” Tanya Hyeju. Jonghyun diam sejenak seakan berpikir, namun matanya tetap fokus menatap wajah Hyeju yang memerah, “Bicaralah” Ujar Jonghyun akhirnya,
“Bukan, Bukan disini maksudku”
“Lalu dimana?”
“Mau makan siang bersamaku?” Tanya Hyeju sekali lagi. Jonghyun kembali diam, tampak berpikir, lalu berbalik ke arah teman temannya yang masih fokus menatap mereka berdua, “Duluan saja, aku akan menyusul nanti” Gumam Jonghyun pada teman teman lelakinya, “Mau kencan?” Tanya salah satu dari mereka seakan mengejek,
“Dia bukan kekasihku” Jawab Jonghyun tersenyum sinis sebelum mereka melambai menjauh dan meninggalkan Jonghyun dan Hyeju berdua, “Jadi, mau makan siang dimana?”
..
Hyeju mengigit bibir bawahnya gugup. Sedangkan Jonghyun hanya sesekali mengunyah steak yang ia pesan. Mata Hyeju terus tertuju pada lelaki yang saat ini berada di hadapannya tanpa Jonghyun balas memandangnya, “Bukankah aneh jika kau mengajakku makan siang tapi kau tak menyentuh makananmu?” Sahut Jonghyun tiba tiba tanpa memandang ke arah Hyeju yang tampak tersintak dengan ucapan Jonghyun yang mengarah padanya, “Ah? Iya. Aku tidak lapar” Jawabnya bingung,
“Kalau tidak lapar kenapa mengajakku makan siang?” Hyeju terdiam, tak bisa menjawab pertanyaan itu. Benar benar sikap yang dingin untuk seseorang setampan Jonghyun, “Lain kali kau harus memikirkan alasan lain untuk bertemu denganku”
“Apa?”
“Kau mengajakku makan siang hanya untuk berdua denganku kan?” Hyeju menelan ludah. Kini mata mereka saling membalas tatapan satu sama lain. Jonghyun tiba tiba menghentikan makannya dan berdiri sebelum mengambil tasnya untuk segera pergi dari sana. Hyeju terdiam, tak mampu melakukan apapun, “Kenapa.. orang tuamu bercerai?” Hyeju sontak mengeluarkan pertanyaan itu dari mulutnya hingga membuat Jonghyun menghentikan langkahnya untuk melangkah lebih jauh. Saat itu Jonghyun berbalik dan kembali berjalan ke arah Hyeju, “Darimana kau mengetahuinya?” Tanya Jonghyun mengernyit, Hyeju ikut menatap Jonghyun yang kini berada disampingnya, “Duduklah, aku ingin menceritakan sesuatu” Sahutnya. Jonghyun mengalihkan pandangannya sejenak ke arah jendela luar sambil menarik nafas panjang sebelum akhirnya meletakkan tasnya di kursi dan kembali duduk untuk mendengarkan apa yang ingin Hyeju sampaikan padanya,
“Aku mengerti perasaanmu. Orang tua ku juga bercerai dan Ayahku menikah lagi. Tapi kita berbeda tipis karna aku masih memiliki Ibu yang begitu mengkhawatirkan ku. Mungkin sulit menerima perpisahan mereka, tapi tak bisa kah kau kembali mendekatkan diri pada mereka? Setidaknya kau harus dekat dengan Ibumu. Kunjungi dia. Jika kau juga bersikap egois seperti ini lalu siapa yang akan mengalah? Aku yakin Ibu mu masih menyayangimu. Hanya saja kau yang merasa tak lagi disayangi. Percuma jika kau menunggu mereka ditepi sungai Han sambil memakan sandwich seperti itu. Tak akan ada yang berubah. Jonghyun, cobalah mulai sekarang buka hatimu untuk mereka, setidaknya untuk Ibumu. Kau tidak mungkin di buang begitu saja, aku mengerti-”
“Diam lah” Jonghyun berhasil menghentikan ucapan Hyeju, “Memangnya kau siapa, beraninya menasihatiku seperti itu” Ketus Jonghyun, tampak matanya mulai memerah karna menahan emosi, “Jonghyun, aku-”
“Jika sejak awal ini yang ingin kau bicarakan, aku pergi” Sahutnya dengan nada datar dan kembali mengambil tasnya untuk beranjak menjauh dari sana. Ia tak lupa mengeluarkan uang dari dompetnya untuk membayar makan siangnya.
Hyeju yang tak putus asa ikut berdiri membawa tasnya sebelum memberikan uang untuk membayar makan siangnya dan mengejar Jonghyun yang telah lebih dulu berjalan jauh keluar dari restorant tempat mereka makan siang, “Jonghyun! Jonghyun dengar aku” Hyeju menarik lengan Jonghyun hingga ia tertarik. Jonghyun menatap tajam ke arah Hyeju yang masih tak melepas tangannya dari lengan Jonghyun. Mata mereka saling bertatapan sejenak, Hyeju terkejut ketika tau mata Jonghyun mengalirkan sebuat butiran bening hingga menetes ke pipinya, “Jonghyun” Panggil Hyeju, tangannya melemah dan sedikit bergetar ketika melihat Jonghyun tersinggung dengan ucapannya. Dengan kesal, Jonghyun menarik kembali lengannya dari tangan Hyeju dan pergi dari sana tanpa berkata apapun. Sedangkan Hyeju hanya terdiam di tempatnya, tak percaya melihat wajah Jonghyun yang pertama kali ia lihat.
..
Hyeju tengah menopang dagunya sambil menatap ke arah langit dari jendela kamarnya, “Hyeju!” Hyeju tersentak dengan panggilan itu. Tampak Minhyuk melambai dari jendela kamarnya sambil tersenyum, Hyeju membalas senyum itu, “Kau ke kampus hari ini?” Tanya Minhyuk dari jendela kamarnya, mereka selalu berbincang dari jendela kamar setiap saat jika suasana mereka sedang tak bersama, “Aku ke kampus” Angguk Hyeju, “Kenapa tidak menemui ku? Kau bilang ingin menyusulku tadi?”
“Maaf, aku ada urusan dengan teman” Gumam Hyeju dengan cepat, ia tak ingin Minhyuk tau apa yang terjadi padanya dan Jonghyun tadi siang, “Teman yang mana?”
“Sudahlah, aku mengantuk. Selamat malam” Seakan mengelak, Hyeju melambai cepat dan menutup tirainya meninggalkan Minhyuk yang tampak heran dengan sikap Hyeju yang perlahan berubah semenjak ia bicara dengan Jonghyun. Minhyuk seakan merasa Hyeju sedang memperlebar jarak persahabatan mereka. Meski pun begitu Minhyuk seharusnya tak boleh berfikir buruk terhadap Hyeju, setidaknya ia bisa menanyakan hal itu ketika nanti ia bisa bicara dengan Hyeju seperti dulu.
Hyeju duduk di sofa kamarnya, ia penasaran apa yang sedang Jonghyun lakukan saat ini. Lalu ia memutuskan untuk melihat keadaan Jonghyun, mungkin saja ia berada di tepi sungai han saat ini seperti yang ia lakukan seperti malam kemarin,
“Ibu, aku keluar sebentar ya!” Teriak Hyeju setelah mengambil sweater dan berlari menuruni tangga rumahnya, “Hei Hyeju, mau kemana?” Teriak Ibunya namun tak di jawab karna sudah lebih dulu keluar dari rumah.
Hyeju mengambil sepedanya dan mengayuhnya dengan cepat ke arah sungai Han, “Seharusnya masih terkejar kan, ini masih jam 7” Gumamnya dalam hati.
Setelah 15 menit mengayuh sepedanya, akhirnya Hyeju sampai ke tempat dimana pertama kali ia melihat Jonghyun disana. Benar saja, Jonghyun tengah duduk termenung di tepian sungai han dengan sandwich di tangan kanannya.
Hyeju meletakkan sepedanya di tepi jalan, dan berjalan ke arah Jonghyun yang masih tak mengetahui keberadaannya disana, “Jonghyun” Panggilnya pada Jonghyun yang duduk direrumputan tepi sungai tersebut. Jonghyun mengarahkan pandangannya sejenak ke arah dimana Hyeju berdiri, “Kenapa kau kesini” Ketusnya dengan nada datar sambil mengalihkan pandangannya ke arah air yang berarus tenang tersebut, “Aku kesini karna mengkhawatirkanmu”
“Aku tidak butuh perhatian mu”
“Cha Jonghyun!” Jonghyun dengan cepat berdiri dan menatap tajam ke arah Hyeju, “Apa kau belum puas membuatku kehilangan selera makan siang? Sekarang kau mengacaukan makan malamku!” Jonghyun melempar sisa sandwich nya ke tanah dengan kasar lalu berbalik pergi meninggalkan Hyeju seperti yang ia lakukan sebelumnya. Hyeju menahan suara tangisnya yang hampir saja pecah. Tiba tiba tubuh Hyeju ditarik ke belakang lalu dipeluk dengan erat oleh seseorang yang tak ia ketahui, “Sudahlah, berhenti menangis gadis bodoh”
“Suara itu... Minhyuk” Batin Hyeju. Seseorang yang ternyata adalah Minhyuk itu mengelus rambut Hyeju beberapa kali dan membiarkan wajah Hyeju tertekan di dadanya. Meski semua mata kini memandang ke arah mereka, namun Minhyuk tak peduli, yang ia tau agar Hyeju bisa meredam tangisnya dan tak lagi mengharapkan Jonghyun yang tampaknya selalu membuat Hyeju menangis seperti ini.
..
“Kenapa kau tau aku disini?” Hyeju menyeka air matanya saat ia berhasil menghentikan tangisnya dalam pelukan Minhyuk, “Aku merasa aneh dengan sikapmu yang tiba tiba berubah, jadi setelah kau menutup tirai kamar aku tak yakin kau benar benar tidur. Jadi aku kerumahmu, kata Bibi kau tadi pergi dengan sweater keluar. Saat aku tau sepedamu tak ada, aku sadar kau kesini” Jelas Minhyuk pada Hyeju yang masih tertunduk, “Seharusnya kau tidak kesini” Ujar Hyeju lemah,
“Jika aku tidak kesini entah apa yang akan kau lakukan setelah di bentak olehnya seperti itu. Sudahlah Hyeju, ia tidak memberimu respon positif seperti yang kau harapkan. Jangan lanjutkan rasa sukamu lagi”
“Ia hanya tersinggung dengan kata kata ku, Hyuk. Aku yakin dia bukan tipe lelaki yang kasar. Aku yang salah”
“Hyeju-”
“Berhenti mengubah pikiranku Minhyuk” Hyeju berdiri dari duduknya dan menggapai sepedanya sebelum pergi mengayuh sepedanya ke jalan pulang. Minhyuk yang kesal tak tau harus berbuat apa selain mengacak rambutnya.
..
Pagi menjelang, komunikasi antara Minhyuk dan Hyeju terputus begitu saja sejak Hyeju memilih pergi dengan sepedanya. Sampai pagi ini pun Minhyuk belum berani bicara dengan Hyeju, namun Minhyuk tetap menjemput Hyeju kerumahnya, “Bi, Hyeju ada?” Tanya Minhyuk mengumbar senyum di bibirnya, “Hyeju belum bangun, katanya hari ini dia libur”
“Libur?” Ulang Minhyuk tak percaya, “Entahlah, sepertinya Hyeju sedang tak enak badan”
“Hyeju sakit?”
“Mungkin saja, biarkan Hyeju istirahat dulu hari ini. Tak apa kan jika kamu pergi ke kampus sendiri hari ini?”
“Iya, bi. Kalau begitu bilang pada Hyeju untuk istirahat yang cukup” Minhyuk membungkuk pelan sebelum berbalik ke arah parkiran mobilnya. Ibu Hyeju hanya melihat dari pintu sebelum menutup pintu tersebut.
Minhyuk diam sejenak didalam mobilnya, menghela nafas panjang dan tiba tiba ada sesuatu yang terlintas di pikirannya, “Jonghyun” Geramnya sebelum menyetir mobilnya ke arah kampus.
Sampai disana, Minhyuk memarkir mobilnya dan tak sengaja melihat Jonghyun juga baru memarkirkan motornya. Minhyuk menghampirinya dengan wajah kesal dan menarik setengah kerah baju Jonghyun hingga tas Jonghyun terjatuh. Di tempat parkiran itu, Minhyuk mendorong Jonghyun hingga punggungnya terhempas ke dinding mobil lain, “Minhyuk, ada apa?” Tanya Jonghyun yang bingung dengan sikap Minhyuk yang tiba tiba mendorongnya dengan kasar, “Masih bertanya ada apa?”
“Apa?”
“Kenapa kau membuat Hyeju menangis?!”
“Hyeju?” Ulang Jonghyun yang benar benar tak mengerti, “Bahkan kau tak mengenal namanya” Minhyuk tak dapat menahan emosinya dengan cepat mengepal tangannya keatas hingga menghantam keras pipi kanan Jonghyun dan cukup membuat Jonghyun terduduk karna ia tak menyangka akan di pukul. Masih dengan wajah bingung Jonghyun mengusap pipinya yang terasa sakit, “Kalau kau tidak suka padanya, katakan! Jangan membentaknya dan membuatnya menangis seperti itu!” Tunjuk Minhyuk dengan nada geramnya. Jonghyun hanya diam, tak berani melawan ucapan Minhyuk karna ia tau saat ini ia yang salah. Sebenarnya Jonghyun tau maksud Minhyuk memukulnya, namun ia hanya berpura pura tak mengetahui hal itu karna ia tak suka harus memperpanjang masalah jika nanti Jonghyun membalas ucapan Minhyuk.
..
“Agh..” Jonghyun merasa kesal dengan luka lebam di tulang pipinya saat melihat di kaca toilet kampusnya, “Hei Jonghyun, ada apa dengan wajahmu?” Tanya salah seorang yang baru saja masuk ke dalam toilet, “Bukan apa apa” Jawab Jonghyun datar dan terus melihat ke arah kaca, “Benarkah? Ku kira kau mendapat sebuah pukulan. Ngomong ngomong ada seseorang yang mencarimu. Ia bilang menunggumu di halte bus. Ia menitip kan ini padaku” Lelaki tersebut memberikan secarik kertas pada Jonghyun, dengan kernyitan Jonghyun membuka kertas itu,
Mau makan siang bersamaku lagi? Aku akan tunggu sampai kau datang
                                                                                                               Hyeju
“Dia lagi” Ketus Jonghyun merobek kecil kertas tersebut sebelum melemparnya ke arah tong sampah, “Kenapa kau membuangnya?”
“Tidak penting”
“Tapi ku rasa ia serius menunggumu disana, dia masih memakai piyama dengan sepeda. Cuaca sedang dingin, kau yakin tidak menemuinya? Ditambah lagi dia kelihatan sedikit pucat” Jelas lelaki tersebut dengan nada cemas. Jonghyun yang kesal menatap ke arah lelaki yang tengah berdiri dibelakangnya tanpa berbalik. Ia hanya mengarahkan matanya ke pantulan kaca, “Aku tidak peduli, jika kau peduli padanya datangi saja dia. Tapi jangan minta aku datang kesana” Ketus Jonghyun sebelum mengambil tasnya dan keluar dari toilet tersebut.
Jonghyun mengacak rambutnya kesal setelah menerima pesan singkat itu, ditambah lagi dengan kata kata lelaki yang ia temui di toilet yang mengatakan bahwa gadis itu hanya memakai piyama di cuaca sedingin ini. Jonghyun merasa ingin mengubah pikirannya, ia ingin menghampiri Hyeju dan memintanya untuk pulang dan menolak makan siang yang gadis itu tawarkan. Namun ketika ia mulai melangkah menuju halte tempat Hyeju berada, ada panggilan yang mengharuskannya untuk berhenti melangkah dan mencari suara tersebut, “Jonghyun?”
“Ada apa?” Tanya nya saat melihat seorang gadis memanggilnya, ia mengenal gadis itu karna satu jurusan dengannya, “Dosen memanggilmu keruangannya dilantai 2. Kurasa ada hal penting, ia memintamu kesana sekarang”
“Sekarang?” Ulangnya tak yakin, “Iya sekarang” Jawab gadis tersebut dan pergi, “Terima kasih” Gumam Jonghyun karna sudah memberitahunya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung menaiki satu demi satu tangga, seakan ia langsung melupakan niatnya untuk menemui Hyeju,
“Permisi, apa anda memanggil saya?” Gumam Jonghyun saat ia membuka pintu ruangan dosen, “Ya, Jonghyun. Aku memanggilmu, masuklah” Jawab dosen tersebut mempersilahkan. Jonghyun membungkuk sebelum masuk dan duduk dikursi yang telah disediakan,
“Begini, kami menerima surat balasan dari USA tentang beasiswa mu, dan mereka memutuskan untuk men-training mu selama 5 tahun sebagai penerjemah sebuah perusahaan asing” Mata Jonghyun membulat perlahan di iringi dengan rasa terkejutnya, “Benarkah, pak? Apa benar aku mendapat training?” Ulangnya tak percaya masih dengan mata yang semakin membulat, “Jika kamu ingin menerima training tersebut, kamu harus mengisi beberapa berkas yang terlampir disana untuk di kirim ulang sebagai tanda persetujuanmu” Tunjuk dosen tersebut pada setumpuk berkas yang tertata rapi dimeja lain, “Saya akan mengisinya, pak” Jawab Jonghyun mengangguk dan segera melangkah ke arah meja tersebut sebelum duduk dan mulai mengisinya lembaran demi lembaran.
Sampai akhirnya ia menyelesaikan semua berkas tersebut yang di akhiri dengan sebuah tanda tangannya pada jam 6 sore. Hari hampir gelap, namun hatinya masih begitu cerah, matanya berbinar menatap berkas pernyataan untuk menyetujui semua peraturan yang akan ia jalankan dalam masa training nya di sebuah perusahaan asing USA, “Semuanya sudah saya setujui, pak” Jonghyun memberikan semua berkas yang ia kerjakan ke meja dosen tersebut, “Baiklah, saya akan kirim ini besok. Setelah ada jawaban, saya akan kembali memanggilmu”
“Baik, pak. Terima kasih, saya pulang dulu” Jonghyun membungkuk pelan sebelum berbalik dan keluar dari ruangan tersebut. Di luar ruangan, Jonghyun terduduk disebuah kursi yang terdapat didepan ruang dosen. Ia tersenyum bangga dan menyentuh dadanya yang sejak tadi berdetak tak karuan. Ia hanya tak menyangka akan mendapatkan training yang bahkan sangat sulit didapat oleh orang pintar sekalipun. Training yang hanya mengambil 5 orang dari seluruh dunia, dan ia masuk dalam daftar 5 orang tersebut. Baginya, itu adalah sebuah keajaiban yang sangat ia nantikan. Ia yakin, dengan ini kehidupannya perlahan akan membaik dan dapat mengubah segalanya.
Jonghyun tersenyum dan menekuk kepalanya ke bawah, mengucap syukur pada Tuhan menurut agamanya, lalu melirik ke arah jam tangan yang terlingkar di pergelangan kirinya, “Sudah mulai malam, sebaiknya aku pulang” Batinnya kembali berdiri dan menuruni tangga satu demi satu. Sampai akhirnya langkah Jonghyun berhenti ketika ia mulai mengingat sesuatu yang sejak tadi ia lupakan. Perlahan senyum di wajahnya hilang tergantikan dengan raut wajah yang kaku dan tampak cemas.
Dengan cepat, Jonghyun berlari menuruni tangga tersebut. Sekuat tenaga ia mencoba berlari ke arah pintu gerbang kampus, melewati parkiran motornya yang tinggal sendirian, ia terus berlari hingga ia mengalihkan pandangannya ke sebuah halte yang tak jauh dari gerbang tersebut. Dengan nafas terengah, Jonghyun terdiam ketika melihat seorang gadis tengah menunduk sambil melipat kedua tangannya di dada untuk tetap menghangatkan tubuhnya yang hanya memakai piyama dan sendal tidur dengan sepeda yang masih tergeletak di bawah halte tersebut.
Jonghyun melangkah mendekat, dengan langkah kaki yang pelan sampai suara langkahnya tak terdengar. Tertimpa bisingan kendaraan yang masih melaju di daerah jalanan. Jonghyun berdiri di samping gadis tersebut, menatapnya dengan tatapan kesal, namun belum mencoba untuk membuka mulut karna ia mendengar rentetan gigi bergemerisik teratur dari bibir gadis tersebut. Jonghyun merasa iba, namun ia tak ingin memperlihatkan rasa pedulinya pada gadis tersebut, “Kenapa kau masih disini?!” Ketus Jonghyun mulai membuka percakapan hingga gadis yang tadinya tertunduk mengangkat kepala mengarah padanya. Wajahnya yang pucat membuat Jonghyun tak tega untuk membiarkannya lebih lama, “Kau datang?” Senyumnya dengan bibir yang kering dan memucat, “Gadis bodoh! Siapa yang menyuruhmu untuk tetap menunggu?!”
“Aku.. sudah bilang akan menunggu sampai kau datang” Jawabnya dengan lembut, Hyeju tak bisa menaikkan nada bicaranya karna ia tak dapat menahan dinginnya, “Lalu bagaimana jika aku tak datang?! Bagaimana jika aku tak menemuimu hari ini?! Kau ingin mati!”
“Aku-”
“Gadis bodoh!” Jonghyun menarik pergelangan tangan Hyeju hingga gadis itu terpaksa harus berdiri untuk mengikuti tarikan tersebut. Jonghyun melambaikan tangannya setinggi dada melihat sebuah taxi mengarah pada mereka, “Kita mau kemana?” Tanya Hyeju bingung, Jonghyun tak menghiraukan pertanyaan itu. Setelah taxi berhenti di depan mereka, Jonghyun membuka pintu belakang dan memaksa Hyeju untuk masuk ke dalam sebelum menutup pintu tersebut dan ia berlari masuk dari pintu di arah lain taxi tersebut, “Mau kemana? Sepeda ku bagaimana?” Tanya Hyeju kesekian kalinya,
“Pak, tolong antar ke rumah sakit Gyoju” Ujar Jonghyun pada pengemudi taxi, “Kenapa ke rumah sakit?”
“Jangan banyak tanya! Kau kira kau siapa bisa bisanya menunggu lebih dari 5 jam dengan pakaian seperti ini” Ketus Jonghyun kesal dan menyandarkan tubuhnya ke kursi taxi dan mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Hyeju hanya terdiam, merasa Jonghyun kesal dengan sikapnya, “Aku hanya ingin-”
“Diamlah” Potong Jonghyun tanpa mengarahkan matanya pada Hyeju, mendengar itu Hyeju mengerti dan hanya duduk diam di kursinya, tepatnya disamping Jonghyun.
Sampainya di rumah sakit, Jonghyun keluar lebih dulu setelah memberikan selembar uang untuk membayar taxi. Ia membuka kan pintu Hyeju, dan tanpa mengatakan apapun Jonghyun kembali menarik Hyeju untuk memasuki rumah sakit, meski tas ranselnya masih tersandang di satu sisi bahunya hal itu tak membuat Jonghyun lelah. Ia tetap membawa Hyeju untuk memeriksa kan keadaan gadis itu ke seorang dokter yang ia kenal, hanya saja mereka kini tak menyadari bahwa tangan mereka sejak tadi saling bertautan,
“Permisi, bisa aku bertemu dengan dokter Yang?” Gumam Jonghyun pada seorang pegawai di meja informasi, “Tentu saja, Apa anda memiliki janji sebelumnya?”
“Dia dokter pribadiku. Katakan padanya, Jonghyun datang”
“Baik, silahkan tunggu sebentar disana” Tunjuk pegawai informasi pada sebuah kursi panjang di ruang tunggu, Jonghyun kembali menarik Hyeju dan memaksanya untuk duduk sebelum ia ikut duduk disampingnya,
“Sebenarnya kau adalah orang yang baik, benar kan?” Tanya Hyeju memutar kepalanya mengarah pada Jonghyun yang tak memandanganya sedikitpun, “Benar, jangan senang dulu. Aku melakukan ini bukan karna aku menyukaimu. Tapi karna aku tidak ingin bertanggung jawab tentang apapun” Jawab Jonghyun, lalu perlahan ia menatap Hyeju dan membiarkan mata mereka bertemu, “Setelah ini, jangan pernah berurusan dengan ku lagi”
Saat itu lah Hyeju melihat sebuah luka lebam yang tersemat di pipi Jonghyun, karna sejak tadi suasana diantara mereka cukup gelap dan kurang penerangan, Hyeju belum sempat memperhatikan wajah Jonghyun, ditambah lagi karna ia takut menatap ke arah Jonghyun dengan wajahnya yang begitu pucat, “Jonghyun, wajahmu” Jari jari tangan Hyeju perlahan menyentuh pelan pipi Jonghyun yang membuat lelaki tersebut meringis terkejut sambil menjauhkan pipinya dari tangan Hyeju, “Ada apa dengan wajahmu?” Tanya Hyeju terkejut, “Tidak apa”
“Jonghyun-”
“Ku bilang tak apa”
“Apa kau di pukul? Kau berkelahi? Dengan siapa?”
“Diamlah”
“Katakan padaku” Usik Hyeju tak mau mengalah dengan hal tersebut. Jonghyun terdiam sejenak, tampak Hyeju begitu mengkhawatirkannya membuat Jonghyun menarik nafas panjang sebelum mengalah, “Minhyuk yang melakukannya” Jawabnya kemudian, “Minhyuk?” Ulang Hyeju tak percaya, “Tapi kenapa?” Sebelum Jonghyun dapat menjawab pertanyaan tersebut, pegawai informasi lebih dulu memanggil Jonghyun, “Maaf, Tuan Jonghyun anda diminta untuk langsung ke ruangan dokter Yang” Membuat Jonghyun mengangguk tanpa menghiraukan pertanyaan dari Hyeju yang juga mengarahkan pandangannya pada pegawai informasi,
“Ayo” Gumam Jonghyun seraya berdiri, “Tapi kau belum-”
“Akan ku jelaskan nanti” Jonghyun kembali meraih tangan Hyeju dan menariknya karna Hyeju bergerak begitu lama.
..
“Temanmu memiliki gejala demam yang cukup serius. Biarkan ia istirahat minimal 2 hari untuk pemulihan, tidak perlu dirawat, ia bisa tidur dirumah dan memaksimalkan tubuhnya di hari ketiga. Saat ini suhunya hampir mencapai 40 derajat. Jika lebih lama lagi mungkin ia akan mengalami kelumpuhan pada indranya. Tapi seperti yang kita lihat, staminanya belum menurun sedikitpun, hanya sedikit pucat dan kekeringan pada tenggorokan karna kekurangan cairan. Dengan kata lain, suhunya belum lama naik. Sangat baik meminimalkan suaranya untuk sementara. Perbanyak mineral dan minum obat secara teratur” Jelas dokter Yang pada Jonghyun dan Hyeju. Hyeju hanya mengangguk mengerti,
“Baiklah, dok” Balas Jonghyun mengerti, “Ng, Jonghyun. Bagaimana keadaan ibu mu saat ini?” Tanya dokter Yang. Hyeju sontak mengarahkan pandangan pada Jonghyun yang tampak tengah mencerna pertanyaan tersebut, “Ibu? Ibuku?” Ulang Jonghyun, “Entahlah, aku tak dengar kabarnya setahun terakhir” Lanjutnya tersenyum. Tampaknya dokter Yang mengerti apa yang Jonghyun bicarakan, “Kalau begitu, kami permisi, dok” Jonghyun berdiri di ikuti dengan Hyeju lalu membungkuk hampir bersamaan sebelum keluar dari ruangan tersebut,
“Hampir setahun?” Batin Hyeju yang tengah berjalan dibelakang Jonghyun ketika mereka keluar dari ruangan dokter. Tampaknya kepala Jonghyun sedikit menekuk ke bawah setelah keluar dari ruangan dokter Yang, mungkin karna dokter Yang menyinggung masalah orang tuanya.
Setelah mereka keluar dari rumah sakit. Jonghyun kembali memanggil sebuah taxi, “Bisakah kau pulang sendiri?” Tanya Jonghyun sambil membalikkan badannya, Hyeju terdiam sejenak, mencoba memahami arti dari raut wajah Jonghyun yang pernah ia lihat ketika mereka mencoba mengadakan acara makan siang untuk pertama kalinya. Tampaknya Jonghyun memang tipe lelaki yang mudah tersinggung dengan hal hal yang menyangkut pribadinya, “Tidak, aku tidak bisa” Geleng Hyeju akhirnya, “Aku hanya bisa mengantarmu sampai disini” Sela Jonghyun dengan nada datar, “Aku merasa tak kuat untuk tetap terjaga sampai dirumah” Hyeju mencoba mencari alasan agar Jonghyun tetap mengantarnya pulang, ia hanya ingin lebih lama bersama Hyeju, karna ia tak ingin meninggalkan Jonghyun disaat lelaki itu merasa dirinya tengah berada di bagian terbawah dalam keputus asaannya.
Sampai akhirnya setelah lama berpikir, Jonghyun memutuskan untuk tetap mengantar Hyeju pulang dan mengambil sepedanya yang masih tertinggal di halte kampus.
Di dalam perjalanan tersebut, Hyeju mencoba menutup matanya. Ia hanya tak ingin Jonghyun mengetahui bahwa ada orang lain yang menjadi penghalangnya ketika ia ingin mengeluarkan semua hal yang harus ia keluarkan.
Hyeju dengan sengaja meletakkan kepalanya di bahu Jonghyun, awalnya lelaki itu terkejut dan melirik ke arah wajah Hyeju untuk memastikan bahwa gadis itu sengaja melakukannya. Tapi akhirnya Jonghyun membiarkan hal itu ketika ia melihat Hyeju menutup kedua matanya, ia berpikir bahwa Hyeju tak sadar telah bersandar di bahu Jonghyun, “Kau sudah tidur?” Tanya Jonghyun, Hyeju membuka matanya perlahan namun tak menjawab pertanyaan Jonghyun, “Aku selalu berpikir tentang ucapan mu tempo hari. Untuk mendekatkan diri pada Ibuku. Maaf aku marah padamu waktu itu, aku hanya belum siap orang lain mengetahui semua kepribadianku. Bahkan aku tak ingin kau tau alasan kenapa aku selalu duduk termenung dengan sandwich di tepi sungai han. Disana banyak kenangan ketika keluargaku belum seperti ini. Ayah dan Ibu pertama kali mengajakku ke sana pada malam hari, memperlihatkan keindahan kota Seoul dengan jejeran lampu yang berwarna warni. Saat itu umurku masih 8 tahun, aku tak puas melihatnya sekali, jadi aku meminta kesana kedua kalinya. Tapi sebelum kami pergi ke sana untuk kedua kali, palu hakim memutuskan kedua orang tua ku bercerai dan Ayah menikah lagi. Menyedihkan memang, tapi setelah ku lihat sikap mu yang tak jauh beda dariku, aku selalu berpikir bahwa aku bukan seseorang yang begitu menyedihkan. Aku bisa mengubahnya, hanya saja aku belum bisa membilah semua permasalahan ini. Jadi, aku ingin ketika aku menemui Ibuku nanti, kau harus menemaniku. Kapan pun waktunya itu, untuk beberapa menit, temani aku kesana” Suara dan nafas Jonghyun yang terlalu dekat hingga sesekali menyibak rambut Hyeju membuat Hyeju merasa jantungnya berdetak lebih kencang, namun disisi lain ia meneteskan sebuah air mata karna sepertinya ia berhasil meyakinkan Jonghyun bahwa hidupnya tak seperti sebuah permen karet yang ketika rasa manisnya habis ia terbuang begitu saja hingga terinjak oleh sepatu dan terbawa arus kemana sepatu itu pergi. Ia bisa menjadi sebuah kaleng yang ketika minumannya habis, kembali di daur ulang dan di jadikan bahan yang lebih berguna dari sebelumnya.
Tak lama setelah itu, Hyeju benar benar menutup matanya dan tak tau apa yang terjadi karna ia kehilangan kesadarannya.
Setelah tiba di halte kampus, Jonghyun meminta pada pengemudi taxi untuk melipat sepeda yang tergeletak di sana dan memasukkannya ke bagasi sebelum mengantar Hyeju pulang, karna ia tak mengetahui alamat Hyeju, Jonghyun terpaksa harus menghubungi Minhyuk untuk memberitahu dimana rumah Hyeju agar ia bisa mengantarkan Hyeju pulang,
“Ada apa?” Tanya Minhyuk ketika panggilan Jonghyun diangkat, “Minhyuk, bisa aku minta alamat rumah Hyeju?”
“Untuk?” Minhyuk tampak bicara sesingkat mungkin, tampaknya Minhyuk masih begitu kesal dengan Jonghyun,”Aku ingin mengantarnya pulang, ia dengan ku sekarang”
“Benarkah? Dimana dia?”
“Dia tertidur di taxi”
“Kalian darimana?”
“Aku akan jelaskan nanti, bisakah beri tahu aku alamat rumahnya?” Gumam Jonghyun, Minhyuk tampak menghela nafas sejenak, “Akan ku kirimi melalui pesan” Jawab Minhyuk sebelum mereka memutuskan sambungan telfon. Jonghyun mengalihkan pandangannya pada Hyeju yang masih bersandar dibahunya, tampak begitu tertidur lelap, Jonghyun menahan kepala Hyeju saat taxi menginjak rem beberapa kali. Lalu Jonghyun menerima pesan singkat dari Minhyuk,
Distrik Myongdong nomor 143.
Jonghyun langsung mengarahkan taxi tersebut ke arah yang Minhyuk katakan sesuai dengan yang tertera dalam pesan singkat tersebut.
Sampai disana, tampak Minhyuk sudah menunggu mereka. Minhyuk begitu khawatir setelah Jonghyun berkata Hyeju kini bersamanya. Jonghyun mengangkat Hyeju keluar dari taxi, sedangkan pengemudi taxi yang mengantar mereka membantu membawakan sepeda Hyeju, “Apa yang terjadi padanya?”
“Dia hanya tidur” Jawab Jonghyun, “Kemana aku harus meletakkannya?” Lanjut Jonghyun karna Minhyuk hanya diam ditempatnya, Minhyuk berjalan ke arah pintu utama rumah Hyeju, “Bibi? Bi, ini aku Minhyuk” Panggilnya sambil mengetuk pintu. Jonghyun masih menggendong Hyeju yang terlelap.
Beberapa saat setelah itu Ibu Hyeju membuka pintu dan sedikit terkejut saat melihat Hyeju di gendong oleh Jonghyun, “Ada apa? Hyeju kenapa?” Tanya nya dengan nada cemas, “Hyeju hanya tertidur bi”
“Benarkah? Untunglah. Bawa dia ke kamarnya” Ajak Ibu Hyeju mengarahkan Jonghyun ke kamar Hyeju. Jonghyun berjalan lebih dulu, Minhyuk menatap Jonghyun dengan kesal namun tak memperlihatkan rasa kesal tersebut,
“Maaf, sepeda ini harus ku letakkan dimana?” Tanya pemilik taxi yang masih menggotong sepeda Hyeju, “Letakkan disini saja, pak” Tunjuk Minhyuk lalu berjalan menuju lantai dua untuk ikut melihat keadaan Hyeju.
..
“Jonghyun, Cha Jonghyun!” Panggil Minhyuk ketika Jonghyun berjalan keluar dari rumah setelah pamit pada Ibu Hyeju. Jonghyun menghentikan langkah kakinya, dan berbalik perlahan namun ketika Minhyuk mulai berjalan lebih dekat, Jonghyun memundurkan langkahnya, membuat Minhyuk cukup terkejut dengan sikap Jonghyun. Ia mengerti, Jonghyun takut dekat dengan Minhyuk, karna ia mengira Minhyuk akan memukulnya kembali. Akhirnya Minhyuk memilih untuk berhenti,
“Sebenarnya ada apa dengan Hyeju?” Tanya Minhyuk yang tampaknya memang penasaran dengan kejadian ini. Jonghyun menghela nafasnya, “Kau tidak usah khawatir, aku tak melakukan apapun yang buruk pada Hyeju. Ia menungguku sejak tadi pagi sampai malam ini di halte dengan baju seperti itu. Aku tidak bisa menemuinya karna aku harus mengisi beberapa berkas di ruangan dosen, awalnya ku kira ia sudah pulang. Tapi aku masih melihatnya dihalte. Karna aku khawatir, aku membawanya kerumah sakit. Dia demam, suhunya 40 derajat. Obatnya sudah ku tinggalkan pada Ibunya” Jelas Jonghyun perlahan berbalik keluar dari rumah. Minhyuk mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya, “Jonghyun” Panggilnya sekali lagi lalu kembali mendekat, kini ia lebih dekat dari sebelumnya, mengambil pergelangan tangan Jonghyun dan memberikan sesuatu dari tangannya, “Sampai jumpa di kampus besok, dan terima kasih” Gumam Minhyuk tersenyum lalu bergegas pergi mendahului Jonghyun yang menatap sesuatu di tangannya, “Plaster luka” Ujarnya dalam hati sebelum mengalihkan pandangannya ke arah Minhyuk yang mulai berjalan di atas trotoar menuju rumahnya. Jonghyun tersenyum, itu artinya mereka berbaikan.
..
Paginya, Hyeju terbangun ketika ia sudah terbaring di ranjangnya, “Hah, tadi malam? Apa tadi malam itu hanya mimpi?” Batinnya beranjak duduk dan melihat ke sekitarnya, “Benarkah hanya mimpi? Kenapa terlihat begitu nyata” Hyeju mencibir sambil menyentuh dahinya yang tak panas sama sekali, “Aku benar benar mimpi” Keluhnya kesal dan menendang kecil selimut di kakinya,
“Hyeju, kau sudah bangun?” Ibunya tampak baru saja membuka pintu kamar Hyeju, “Ibu, aku ingin tanya sesuatu!!” Teriaknya cepat, “Ada apa?”
“Ibu, apa tadi malam Jonghyun, bukan. Ibu apa tadi malam aku dirumah saja? Apa aku keluar rumah?”
“Maksudmu bagaimana?”
“Ibu, dengarkan baik baik pertanyaan ku!!”
“Ibu tidak mengerti maksudmu”
“Maksudku, apa aku bermimpi?”
“Mungkin saja begitu, kau kan baru bangun tidur”
“Ibu!!”
“Ah sudahlah, Ibu tidak mengerti” Ibunya kembali menutup pintu keluar dari kamar, membiarkan Hyeju sendirian dengan rasa kesalnya, “Kenapa Cuma mimpi!” Teriaknya kembali menendang selimutnya dan menghempaskan tubuhnya ke kasur. Entah kenapa Hyeju merasa sekesal itu mengingat semuanya hanyalah mimpi.
Beberapa saat kemudian, terdengar deringan dari ponselnya, “Ponselku dimana?” Gumamnya yang hanya mendengar suara dari ponsel tersebut. Lalu menemukan ponselnya di atas meja yang terhalang dengan gelas mineralnya, “Ini siapa?” Kernyitnya ketika melihat panggilan masuk dengan rentetan nomor yang tak ia kenali, “Halo?”
“Hyeju? Bagaimana keadaanmu?” Hyeju mengernyit, seakan mengenali suara ini tapi entah dimana ia pernah mendengarnya, “Aku baik, ini dengan siapa?”
“Jonghyun” Hening sesaat, mata Hyeju membulat perlahan, tangannya melemas dan mulai bergetar. Ia kembali melihat rentetan nomor di ponselnya dengan jelas, lalu kembali meletakkan ponsel tersebut ke telinga kanannya, “Benarkah ini Jonghyun?”
“Iya, ini aku”
“Kenapa tiba tiba menghubungiku? Ada apa? Darimana kau mendapatkan nomor ku?”
“Mudah saja, aku memintanya dari Minhyuk”
“Benarkah? Minhyuk yang memberikannya?”
“Iya” Nada bicara mereka sangat berbeda, Hyeju berbicara dengan penuh semangat, sedangkan Jonghyun hanya bicara dengan nada datarnya, “Sudah ya, aku harus masuk kelas. Istirahatlah untuk 2 hari ini. Aku rasa tadi malam kau benar benar sakit”
“Tadi malam? Jonghyun, apa tadi malam.... Kau yang mengantarku pulang?” Jantung Hyeju berdebar kencang, hening sejenak. Jonghyun tak menjawab untuk beberapa saat, “Iya, aku yang mengantarmu pulang” Jawabnya kemudian setelah Hyeju bersabar untuk menunggu jawaban tersebut. Hyeju menutup mulutnya perlahan, ia takut akan memekik keras dengan jawaban Jonghyun, “Hyeju? Sudah dulu ya, istirahat yang banyak”
“Iya, Jonghyun. Terima kasih” Jawabnya sebelum Jonghyun memutuskan sambungan telfon mereka. Hyeju perlahan memperlihatkan senyum di bibirnya, “KYYYAAAAA!!!!!” Teriak Hyeju dengan keras hingga terdengar ke lantai bawah, membuat Ibunya yang lhawatir langsung berlari melihat keadaannya,
“Hyeju, ada apa?” Tanya Ibunya ketika membuka pintu kamar, “Tidak ada, Ibu” Geleng Hyeju yang memberikan senyum simpul, “Lalu kenapa tadi berteriak?”
“Aku melihat kecoa berlari ke arah sana”
“Hanya itu? Ku kira ada apa” Ibunya kembali keluar dari kamar, meninggalkan Hyeju yang meremas selimutnya dengan wajah berseri. Pipinya yang memerah membuatnya tak dapat menolak pernyataan bahwa ia sedang bahagia saat ini.
..
“Jonghyun?” Panggilan itu membuat Jonghyun membalikkan tubuhnya, wajahnya selalu saja kesal ketika tau panggilan itu berasal dari Hyeju, “Mau apa lagi? Setiap hari menggangguku seperti ini” Ketusnya ketika Hyeju mendekat, “Aku hanya ingin menanyai kabarmu”
“Untuk apa? Aku akan baik baik saja”
“Baik apanya? Kau masih saja duduk dengan sandwich mu disana”
“Hei, kau masih mengintaiku?!”
“Setiap malam. Karna itu aku selalu bertanya keadaanmu”
“Hwang Hyeju, jangan pedulikan aku”
“Bagaimana caranya?” Jonghyun terdiam, ia bahkan tak tau bagaimana caranya membuat Hyeju menjauh darinya, “Sudah berapa kali aku bilang, aku membencimu”
“Jadi apa kau ingat sudah berapa kali ku bilang, aku menyukaimu”
“Hyeju!”
“Terserah Jonghyun. Kau mau membenci sesuka hatimu aku tak peduli. Yang jelas aku tak akan pernah menjauhimu hanya karna kau membenciku. Jangan berusaha, karna kau akan menyesalinya” Hyeju tersenyum lalu melambai pelan sebelum ia pergi dari sana. Jonghyun menggeleng tak mengerti, “Anak sastra bahkan sulit memahami ucapan itu” Ketus Jonghyun yang kembali sibuk dengan apa yang sedang ia lakukan.
Hyeju melangkah pelan meninggalkan gedung Bahasa. Sudah seminggu, setelah kejadian Hyeju menunggu Jonghyun di halte dengan baju tipisnya. Setelah Hyeju mendapatkan nomor ponsel pribadi Jonghyun, bahkan tak terjadi apapun pada sikap Jonghyun setelah itu,
“Ah, itu Jonghyun” Hyeju yang mendengar nama itu langsung berbalik mencari asal suara, “Jonghyun, aku kira aku tak akan menemukanmu disini” Seorang gadis dengan dress kuning dengan high hells senada tampak berdiri didepan Jonghyun, “Benarkah? Buktinya saat ini kau berdiri didepanku” Jawab Jonghyun menyunggingkan sedikit senyuman di bibirnya, “Dia tak pernah tersenyum seperti itu padaku” Batin Hyeju yang masih menatap lurus ke arah mereka,
“Aku memakai nail art baru” Gadis itu menunjukkan jari jarinya ke arah Jonghyun, “Benarkah?” Jonghyun tampak menarik tangan Gadis tersebut, “Wah, Hebat” Komentarnya sambil tersenyum. Hyeju yang melihat hal itu merasa kesal, kepalanya mulai memanas. Namun ia tak memperlihatkan hal itu pada Jonghyun, ia lebih memilih pergi dan tak mengatakan rasa kesalnya, karna ia tau Jonghyun akan lebih bersikap seperti itu ketika ia tau Hyeju membencinya, karna Jonghyun mencari cara bagaimana Hyeju bisa membencinya.
“Ternyata lebih sakit ketika melihatnya bersama gadis lain daripada melihatnya menyendiri di tepi sungai han” Ketus Hyeju dalam langkahnya menuju pintu gerbang utama, ia menyelesaikan jadwal kuliahnya lebih awal hari ini, “Hyeju” Panggilan itu membuatnya menoleh, tampak Minhyuk berlari ke arahnya sambil membawa tas ransel di punggung. Dengan cepat Hyeju menyeka air matanya yang hampir menetes keluar, “Kau mau pulang?” Tanya Minhyuk ketika sampai di samping Hyeju, “Ya, sepertinya begitu” Minhyuk mengernyit dengan jawaban Hyeju yang tak seperti biasa, “Ada masalah lagi dengan Jonghyun? Kau di bikin kesal lagi?” Tanya Minhyuk tepat. Minhyuk tampaknya sudah terbiasa dengan sikap Hyeju yang seperti ini, ia akan mengatakan semua hal yang Hyeju keluhkan pada Jonghyun,
“Siapa lagi yang bisa membuatku sekesal ini selain dia?” Hyeju mencibir kesal, “Ada apa lagi? Kenapa kalian masih belum bersatu juga?”
“Apanya?! Bahkan Jonghyun tak pernah bersikap seperti itu padaku!” Ketus Hyeju menatap Minhyuk dengan tajam, “Seperti itu bagaimana maksudmu?” Minhyuk mengernyit, “Gadis nail art itu.. Ah, entahlah!” Pekiknya lalu berjalan lebih dulu dari Minhyuk, “Hei,  Hyeju. Kau mau diantar pulang tidak?” Tanya Minhyuk membesarkan suaranya agar Hyeju dapat mendengar, “TIDAK!” Jawaban Hyeju membuat Minhyuk tak berani bertanya lagi. Sepertinya saat ini Hyeju benar benar kesal, “Jonghyun dan Hyeju itu aneh sekali. Tidak pernah ku lihat calon pasangan yang seperti itu” Ketusnya sebelum kembali berbalik menuju gedung fakultasnya.
..
“Hei” Jonghyun menepuk bahu Minhyuk ketika ia tengah sibuk menyusun beberapa buku yang ia jatuhkan di perpustakaan, “Hei, Jonghyun. Baru saja aku ingin mencarimu”
“Ada apa?” Tanya Jonghyun heran, “Aku melihat Hyeju pulang dengan wajah kesal, sepertinya ia kesal padamu”
“Oh, Haha. Itu biasa” Kekeh Jonghyun menyandarkan punggungnya pada rak buku berdebu menatap Minhyuk yang masih sibuk memilah buku yang akan ia pinjam nanti, “Tidak, ini tidak biasa. Ia benar benar kesal padamu. Bukan seperti biasanya” Geleng Minhyuk yang membuat Jonghyun mengernyit, “Kenapa?” Tanya nya mulai serius,
“Entahlah, ia tak ingin cerita padaku. Kata kuncinya yang ku dapat hanya satu. Mau tau apa?”
“Apa?”
“Nail Art, dan aku tak mengerti apa maksudnya” Jonghyun tampak berpikir, apa yang membuat Hyeju kesal hanya dengan kata nail art, “Nail art?” Ulangnya terus memutar otaknya yang terlihat buntu. Minyuk tersenyum dalam sikap sibuknya, “Benarkah kau tak melakukan kesalahan?”
“Aku rasa-” Jonghyun diam sejenak, ada sesuatu yang terlintas di otaknya, “Tidak mungkin. Ia melihatku”
“Melihatmu?”
“Ia melihatku bersama Jin Ri, kau tau Jin Ri kan?”
“Jin Ri?” Minhyuk tampak berpikir, “Gadis yang sejak SMA menyukaimu dan mengejarmu sampai akhirnya ia tau bahwa kalian adalah sepupu?”
“Tepat! Aku tadi bertemu dengannya, ia membuka salon di pusat kota. Tepatnya salon nail, dan ia memberiku contoh. Setidaknya ia bisa berpikir positif setelah berhasil menenangkan diri dari sakitnya. Aku tidak mungkin menjauhinya ketika aku tau ia stres karna tak mendapatkanku. Tapi sungguh, aku hanya memegang tangannya” Jelas Jonghyun dengan nafasnya yang mulai terengah. Minhyuk terkekeh pelan, “Kenapa kau tampak begitu panik?” Tanya Minhyuk yang langsung menghentikan kesibukannya, “Apa? Aku panik? Tidak, tidak sama sekali” Gelengnya yakin,
“Sangat terlihat perasaanmu pada Hyeju itu seperti apa. Untungnya Hyeju bukan jurusan Psikologi, jadi ia tak mengetahui respon dan bahasa tubuh mu padanya” Kekeh Minhyuk, Jonghyun menggeleng cepat, “Aku tidak menyukainya”
“Sudahlah. Jika kau terus seperti ini, apa kau tak menyesal ketika nanti aku akan menggantikan posisimu dihatinya?” Jonghyun terdiam, ia terntunduk tak dapat menjawab ucapan Minhyuk yang pergi lebih dulu meninggalkannya membawa beberapa buku ke arah meja peminjaman. Namun ketika Jonghyun tersadar, ia kembali mengikuti Minhyuk ke meja peminjaman, “Kau mengetahuinya?” Tanya Jonghyun,
“Aku bukan orang sembarangan, Jonghyun. Ingat itu, I know what you feel”
“No, You don’t”
“I Know, Jonghyun” Minhyuk kembali terkekeh membawa beberapa buku yang telah ia pinjam keluar dari perpustakaan, “Minhyuk, jangan katakan padanya” Pinta Jonghyun, “Kenapa? Kau takut sikap acuh mu kalah dengan rasa suka mu?”
“Bukan begitu, aku punya alasan lain”
“Apa?”
“Aku tak bisa mengatakannya”
“Apa?”
“Minhyuk, jangan memaksa”
“Apa?” Minhyuk kini menatap Jonghyun dengan tatapan tajamnya, seakan ia serius dengan pertanyaannya yang ketiga kali ia tanyakan pada Jonghyun, “Aku akan cerita, tapi belum untuk saat ini”
“Jonghyun-”
“Jangan katakan apapun pada Hyeju” Pintanya sekali lagi, Minhyuk menghela nafas panjangnya, “Ku beri waktu tiga hari untuk menjelaskannya padaku. Setelah hari ketiga aku tak yakin bisa menyimpan rahasia itu atau tidak” Minhyuk berbalik pergi ke arah gedung fakultasnya, “Minhyuk, jangan begitu, aku-” Minhyuk hanya mengangkat sebelah tangannya sambil melambai tanpa menatap kearah Jonghyun yang berada dibelakangnya, “Ah, sial!” Ketusnya kesal karna Minhyuk mengetahui perasaannya pada Hyeju. Sebenarnya ia memang tak akan mengatakan perasaan itu pada Hyeju sampai kapanpun.  Karna ia memiliki alasan pribadi yang tak ingin Hyeju atau orang lain termasuk Minhyuk tau. Namun apa saat ini rahasia itu akan tetap terjaga ketika Minhyuk mengancam akan mengatakan perasaan Jonghyun yang sebenarnya menyukai Hyeju.
..
“Halo?”
“Hyeju?”
“Ada apa?”
“Setiap perwakilan fakultas di beri undangan untuk menghadiri acara ulang tahun presiden kampus. Aku di undang, tapi aku tak bisa datang. Bisakah kau menggantikan ku?”
“Kenapa harus aku?”
“Karna aku percaya kau akan datang” Hyeju menghela nafas, “Tapi aku sedang sibuk sekarang”
“Sesibuk apa?”
“Aku harus menjaga rumah, Ibuku pergi keluar negeri untuk urusan pekerjaan, maaf Hana aku tak bisa pergi”
“Hyeju, ini menyangkut nilai kita di semester satu. Jika di angkatan kita tak ada yang datang, maka nilai kita akan terpengaruh” Hyeju kembali menarik nafas kesalnya, “Tidak bisakah cari orang lain untuk memintanya hadir, selain aku”
“Aku sudah bertanya pada yang lain, hanya kau yang ku harapkan, ku mohon” Hyeju terdiam sejenak, “Tapi aku tak bisa lama”
“Tak apa, yang jelas kau datang dan tanda tangan di buku tamu”
“Baiklah” Jawab Hyeju akhirnya. Hari ini, Ibunya harus berangkat ke Okayama untuk mengurus butiknya disana. Hyeju akan di tinggal selama beberapa minggu bahkan bisa bulanan. Karna itu ia tak harus berlama lama diluar rumah, ia tak ingin sesuatu terjadi padanya saat Ibunya tak ada di dekatnya. Tapi sepertinya malam ini ia benar benar harus datang, ini menyangkut soal nilainya. Panitia yang selalu bertingkah seenaknya seperti itu membuat Hyeju sedikit kesal.
Tak terpikir oleh Hyeju untuk bertanya pada Minhyuk, apakah lelaki itu juga di undang atau tidak. Ia merasa segan ketika harus meminta Minhyuk untuk mengantarnya, ia juga tidak mungkin pergi ke acara itu dengan memakai sepeda. Sampai akhirnya Hyeju memutuskan untuk memanggil taxi agar dapat mengantarkannya kesana.
Hyeju memakai dress pink muda selutut dengan wedges senada dan tas putih, “Kurasa cukup menarik untuk waktu yang singkat” Gumamnya sambil menatap penampilannya ke arah kaca. Hyeju tersenyum pelan dan melangkah keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga satu persatu hingga ia masuk ke dalam taxi yang telah ia pesan.
Sampainya di sana, Hyeju masuk dengan langkah yang terbilang cukup anggun. Meski sebenarnya ia jarang berpakaian seperti ini, tapi entah kenapa malam ini ia merasa harus berpakaian seperti ini. Mungkin masih ada hubungannya dengan kejadian ketika Jonghyun menyentuh tangan seorang gadis dan tersenyum seperti yang tak pernah ia lihatkan pada Hyeju,
“Hyeju, kau perwakilan fakultas mu?” Tanya seorang panitia yang melihat kedatangan Hyeju, “Iya, aku di minta datang untuk mengganti kan Hana. Tapi aku tidak bisa lama lama, tak apa kan?”
“Tak apa, yang penting ada yang datang perwakilan setiap fakultas”
“Baguslah”
“Kalau begitu isi buku tamunya dan kau bisa menikmati acara ini” Pintanya memberikan Hyeju sebuah buku tamu. Hyeju mengisinya lalu kembali berjalan ke dalam. Sepasang mata kini tengah memperhatikannya, memperhatikan langkah Hyeju yang mengarah ke meja yang penuh dengan hidangan. Mata itu tak berhenti menatap Hyeju yang terasa begitu berbeda dari yang ia lihat sebelumnya. Jonghyun, dia lah yang saat ini benar benar terpana dengan penampilan Hyeju yang tampak berbeda dari biasanya. Namun tak ada keberanian untuk mendekat, sampai akhirnya ia hanya dapat memperhatikan Hyeju dari jauh.
Hyeju mengambil beberapa cake dengan potongan kecil dan segelas wine. Lalu berjalan ke arah sebuah meja. Disana tampak beberapa orang menunggu kedatangan Hyeju untuk bergabung. Hingga mereka berbincang cukup lama. Hyeju terus dihadapkan pada persoalan pakaiannya yang tampak berbeda dari biasa, bahkan ia terus tersipu ketika mereka mengomentari bahwa malam ini Hyeju tampak begitu menawan. Meski begitu ia tak melihat keberadaan Jonghyun daritadi, ia berpikir mungkin saja Jonghyun bukanlah perwakilan dari fakultas untuk menghadiri acara ini. Tapi berhubung Hyeju sedang kesal pada Jonghyun, ia tak memperdulikan dimana Jonghyun saat ini.
Ketika perbincangan mereka berhenti, Hyeju merasa ada yang tak baik dengan kesehatannya, ia tiba tiba merasa pusing hingga mual, “Aku ke toilet sebentar” Ujarnya memaksakan senyuman sebelum berjalan dengan langkah tergesa ke arah toilet sehingga teman teman nya tak menyadari keadaan Hyeju. Jonghyun yang sejak tadi memperhatikannya tampak heran ketika tau Hyeju tiba tiba bersikap seperti itu, ia kembali melihat dengan baik apa saja yang Hyeju makan. Lalu mencoba semua yang Hyeju cicipi, hingga ia menemukan alkohol di wine yang Hyeju minum, “Jangan-Jangan,” Batinnya mulai cemas. Ia berlari ke arah toilet untuk melihat keadaan Hyeju. Namun setiba disana ia tak bisa masuk ke dalam toilet wanita, ia terus menunggu Hyeju keluar dari sana.
Sampai akhirnya Hyeju keluar dengan tubuh yang melemas. Jonghyun langsung berlari untuk bersembunyi, “Ah.. kenapa tiba tiba mual seperti ini” Ketus Hyeju ketika keluar dari sana dan kembali berjalan ke arah mejanya. Jonghyun yang tampak bingung harus berbuat apa, terlihat sedang berpikir,
“Maaf, sepertinya aku harus pulang. Aku sedang tidak enak badan” Gumam Hyeju mengambil tas putih kecilnya dari meja, “Hyeju, kau baik baik saja?” Tanya salah seorang dari mereka mencoba untuk khawatir,
“Aku tak apa, sepertinya aku harus pulang lebih awal” Jawab Hyeju menyunggingkan sedikit senyuman, “Mau ku antar?” Sanggah seorang lelaki yang sejak tadi ikut berbincang di meja yang sama dengan Hyeju, “Tidak perlu, kalian lanjutkan saja pestanya. Aku akan baik jika istirahat” Tolaknya dengan lembut,
“Baiklah kalau begitu istirahat yang cukup, sampai ketemu di kampus besok”
“Oke, selamat malam” Lambai Hyeju pada teman temannya seraya meninggalkan meja menuju pintu keluar. Jonghyun yang tampak cemas akhirnya mengikuti Hyeju dari belakang, “Apa ia baik baik saja?” Batinnya bertanya-tanya.
Tampaknya semakin lama, kesadaran Hyeju mulai hilang begitu juga dengan keseimbangannya hingga ia harus berjalan terhuyung-huyung di jalanan setapak yang mulai sepi karna malam semakin larut. Namun beberapa kali Jonghyun tampak bingung harus bertindak seperti apa karna ia tak ingin memperlihatkan wajahnya didepan Hyeju. Ia tak ingin memberi Hyeju harapan karna Hyeju menyukainya. Tapi disisi lain ia tak akan membiarkan orang yang ia sayang dalam bahaya.
Sampai akhirnya, Hyeju menyandarkan punggungnya di sebuah dinding hingga ia terduduk lemas, membuat Jonghyun menghentikan langkahnya dan memilih untuk bersembunyi agar Hyeju tak melihat keberadaannya, “Bodoh sekali..” Ketusnya memukuli lututnya yang berdiri sejajar dengan isakan, “Ia menangis?” Sahut Jonghyun terkejut,
“Bodoh jika aku selalu mengejar nya sedangkan ia menyukai gadis itu, iya kan?” Hyeju terus terisak dan bicara pada dirinya. Jonghyun tampak diam, “Tapi aku harus bagaimana, aku menyukainya”
“Dia sedang mabuk, pasti ia mabuk. Tapi kenapa bisa mabuk dengan wine serendah itu?” Batin Jonghyun bingung, “Entah ia sedang mabuk atau tidak, aku harus memastikannya” Jonghyun menghela nafas panjang seakan mengumpulkan mentalnya untuk melangkah mendekat ke arah Hyeju, “Bangun!” Ketusnya memperlihatkan sikap dinginnya kembali. Hyeju dengan mata sayu mengangkat kepalanya melihat pemilik sepasang kaki yang berdiri didepannya, “Berdiri!” Tegas Jonghyun menghentakkan sebelah kakinya karna Hyeju tak merespon ucapannya, “Kau..”
“Akan ku antar kau pulang” Jonghyun akhirnya menarik tangan Hyeju dan memaksanya berdiri hingga menariknya untuk berjalan. Awalnya Hyeju hanya mengikuti meski pipinya masih dibasahi dengan air mata, namun ketika tarikan Jonghyun mulai menyakitkan ditangannya. Hyeju memberontak dan menepis genggaman tangan itu sebelum mengelus pergelangan tangannya. Membuat Jonghyun terkejut dan membalikkan badan ke arahnya,
“Apa harus seperti ini caramu? Kau kira aku ini hewan peliharaanmu? Seenak hati kau menarikku sekasar itu” Jonghyun terdiam ketika kata kata itu teruntai lepas dari bibir Hyeju, “Aku tau kau sama sekali tak tertarik padaku. Tapi aku mohon jangan memperlakukan aku seperti ini. Aku merasa kau memperlakukan ku bukan sebagai seorang gadis. Jika kau tidak bisa memperlakukan ku seperti orang yang kau sukai, setidaknya kau menghargaiku sebagai seorang wanita” Sanggah Hyeju menahan nafasnya yang terengah hingga beberapa butiran bening kembali berjatuhan di pipinya, “Apa karna aku berkata, aku menyukaimu kau jadi sesuka hati memperlakukan aku seperti ini” Lanjutnya, sebelum pergi dan melewati tubuh Jonghyun. Jonghyun yang terdiam di tempatnya tak menyangka ketika melihat sikap Hyeju yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Apa mulai saat ini Hyeju akan membencinya?
..
Jonghyun menyentuh kepalanya yang terasa cukup berat, untuk pertama kalinya ia duduk di tepi sungai han tanpa sandwich, dan masalah keluarga nya. Kali ini ia memikirkan ucapan Hyeju yang membuatnya merasa bahwa Hyeju mulai membencinya sedangkan ia mulai membuka hati untuk Hyeju. Namun tetap saja Jonghyun tak akan memperlihatkan rasa sukanya karna suatu hal. Mungkin memang lebih baik jika Hyeju membencinya. Sebenarnya masalah ini berawal dari training Jonghyun selama 5 tahun di Amerika nanti. Ia berpikir, Hyeju tak akan ingin menunggunya selama itu. Hyeju memiliki kehidupan pribadi yang cukup menyenangkan, ia tak akan membuang waktunya untuk menunggu Jonghyun selama itu,
“Tumben tidak dengan sandwich” Jonghyun mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara itu. Tampak Minhyuk berjalan ke arahnya sebelum akhirnya duduk disamping Jonghyun, “Untuk pertama kalinya, aku duduk disini tanpa memikirkan masalah keluargaku” Gumam Jonghyun menatap air sungai yang tenang, “Ada masalah lain?” Minhyuk mengernyit. Jonghyun hanya mengangguk tanpa jawaban meski matanya masih fokus pada air yang tenang, “Jadi karna itu memanggilku ke sini?”
“Ini tentang Hyeju” Ujarnya kemudian, “Hyeju kenapa?” Minhyuk mulai terlihat gelisah karna Jonghyun membicarakan Hyeju, “Tidak, bukan begitu. Ini tentang perasaanku padanya” Minhyuk mengangguk mengerti dan menghembuskan nafas lega, “Jadi, kapan kau akan mengatakannya?” Tanya Minhyuk, Jonghyun kini mengalihkan pandangannya ke hamparan rumput hijau yang kini ia duduki, “Sepertinya aku tak akan mengatakannya” Minhyuk mengernyit, “Kenapa?”
“Akan ku biarkan Hyeju membenciku”
“Jonghyun-”
“Aku akan training ke Amerika selama 5 tahun” Potong Jonghyun, Minhyuk tertegun, “Apa?” Tanya nya tak percaya, “Aku mendapat kesempatan untuk bekerja disana, aku akan berangkat bulan depan. Baru saja aku menerima telfon dari dosen yang mengirimku” Ujarnya memperjelas. Minhyuk menghela nafas dan mengalihkan pandangannya ke arah lain, “Jadi kau akan pergi”
“Karna itu, biarkan Hyeju membenciku. Aku menyerahkannya padamu”
“Aku?”
“Karna aku tau kau menyukainya, mungkin perasaanmu lebih dari perasaan yang aku miliki untuknya” Minhyuk terdiam, kini ia terfokus pada jemari tangannya yang saling bertautan satu sama lain, “Aku tidak bisa” Jonghyun terkejut, “Apa yang tidak bisa?”
“Hyeju menyukaimu bukan aku. Aku tak bisa memaksakan perasaannya. Sejak dulu ia menganggapku hanya sebagai sahabat, tak lebih”
“Minhyuk,-”
“Aku akan membantumu dengan Hyeju untuk berbaikan. Setelah itu katakan semua ini padanya, apapun jawaban Hyeju, itulah yang harus kalian jalani. Jika ia tak ingin menunggu maka ia tak yakin bisa terus sendiri selama 5 tahun ke depan. Tapi jika dia bilang akan menunggu, kau juga harus bisa menjaga diri disana agar bisa bersamanya” Jonghyun mengeluh pelan, “Aku tak yakin”
“Tak ada yang perlu kau khawatirkan. Semua itu hanya tergantung keberanian dan ketulusanmu padanya” Jonghyun tersenyum mendengar jawaban Minhyuk, “Aku salut padamu” Ujarnya merangkul bahu Minhyuk,
“Salut?”
“Kau bisa menstabilkan perasaanmu, mengetahui semua hal yang secara garis besar tak diketahui orang banyak. Menyelesaikan masalah dengan saran yang tepat hingga terlibat didalamnya meski kau tak menginginkan hal itu” Minhyuk tersenyum mendengar ucapan Jonghyun yang tampak memujinya, “Itulah yang ku pelajari di fakultas psikologi. Aku bisa menghadapi semua yang tak siap ku hadapi. Intinya adalah, aku harus kuat meski itu berpura-pura” Jawab Minhyuk.
Malam itu, mereka menghabiskan waktu untuk membicarakan banyak hal. Bahkan membicarakan masa SMA mereka yang cukup menyenangkan. Dalam perjalanan pulang Minhyuk terkekeh sendiri ketika kembali mengingat masa SMAnya bersama Jonghyun. Meski Minhyuk mengetahui sisi lain dari Jonghyun, ia tak melihat sikap itu malam ini. Tampaknya tak lagi terasa kesedihan ketika ia duduk di tepi sungai han tersebut. Tak seperti saat masa SMA yang setiap kali ia berdiri disana, ia akan menangis dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Mungkin malam ini pertama kalinya Jonghyun tertawa di tepi sungai han tanpa memikirkan masalah keluarganya. Minhyuk memutar setirnya ke arah perumahan, lalu meng-gas mobilnya ke arah rumahnya. Namun ketika ia melewati rumah Hyeju, ia melihat gadis itu tengah terduduk di depan pintu rumahnya, tepatnya ia duduk di lantai teras sambil menyandarkan punggungnya ke pintu utama, “Hyeju?” Minhyuk mengernyit cemas dan menghentikan mobilnya sebelum berlari ke arah Hyeju,
“Hyeju, kau baik baik saja?” Tanya Minhyuk ketika telah berdiri didepan Hyeju yang menunduk, “Hyeju?” Panggil Minhyuk ketika Hyeju tak merespon ucapannya. Minhyuk menghela nafasnya lalu duduk disamping Hyeju yang menunduk, membiarkan tubuhnya sejajar dengan Hyeju, “Kau sedang apa duduk disini dengan dress sependek itu? Tidak tau cuaca sedingin apa” Ketusnya membuka jaket dan membentangkan jaket tersebut ke arah kaki Hyeju yang terbuka,
“Apa aku yang salah?”
“Hm?” Minhyuk mengernyit ketika tak begitu jelas mendengar ucapan Hyeju yang baru saja dilontarkan padanya, “Apa aku harus membuang perasaan ini?” Bisiknya dengan suara serak dibalik tundukan itu. Tapi kali ini Minhyuk mendengarnya, “Jika tak bisa, jangan di paksa. Karna sesuatu yang di lakukan dengan paksaan hanya akan berakhir dengan rasa sakit” Hyeju mengangkat kepalanya, lalu menyandarkan kepala ke bahu Minhyuk, “Tapi jika aku tetap bertahan akan lebih menyakitkan lagi kurasa” Gumamnya dengan tatapan sayu ke arah jalanan perumahan yang tampak sepi,
“Kau sudah makan malam?” Minhyuk mencoba mengalihkan pembicaraan, agar Hyeju tak lagi terfokus dengan rasa sakit yang kini ia rasakan, “Belum” Jawabnya singkat, “Lalu apa yang kau lakukan di pesta tadi? Kau tidak makan?”
“Hanya sepotong kue dan wine. Itupun hanya sedikit karna aku meminum wine dengan alkohol. Aku kehilangan kesadaran untuk beberapa saat, dan dia datang..”
“Dia?”
“Dia menarikku, tapi aku menolak. Aku rasa ia bersikap baik, tapi sikap itu kasar dan aku tidak menyukainya” Makin lama, suara Hyeju tampak semakin berat. Lalu perlahan tetesan demi tetesan jatuh ke baju Minhyuk, itu tanda bahwa Hyeju menangis, “Ia menyukaimu, hanya saja belum saatnya ia untuk mengatakan semua itu”
“Jangan mencoba menghiburku, ini menyakitkan”
“Hyeju-”
“Biarkan aku tetap disini beberapa saat, aku merasa nyaman di bahumu. Sudah lama tidak seperti ini dengan mu” Gumam Hyeju membuat dirinya nyaman berada dibahu Minhyuk. Hening sesaat, Minhyuk tak dapat mengatakan apapun ketika Hyeju berkata bahunya begitu nyaman. Mau bagaimana pun, Minhyuk juga seorang manusia yang masih menyimpan rasa suka meski ia tau Jonghyun sangat menyukai Hyeju.
Beberapa saat terdiam, Minhyuk merasa bukan ide yang baik untuk tidur disini, “Hyeju, sebaiknya kau tidur lah. Sudah malam, jika Bibi tau ia akan marah padaku” Ujar Minhyuk yang masih menahan kepala Hyeju dibahunya. Tak ada respon, “Hyeju?” Minhyuk menggeser pelan tubuhnya hingga akhirnya Hyeju yang memang sudah tertidur menjatuhkan kepalanya di pangkuan Minhyuk, dan membuat Minhyuk sedikit terkejut, “Hyeju? Hyeju kau baik baik saja?” Tanya Minhyuk mulai cemas,
“Aku harus bagaimana” Batinnya bingung. Sampai akhirnya Minhyuk memutuskan untuk mengangkat Hyeju ke kamarnya. Meski dengan penuh perjuangan karna kamar Hyeju berada di lantai 2, Minhyuk berhasil melakukannya.
Ia melepaskan kedua wedges yang masih terpasang di kaki Hyeju. Lalu menyelimuti tubuh Hyeju dengan selimut sebelum ia keluar dari kamar tersebut.
..
“Ngh..” Hyeju menggeliakkan tubuhnya beberapa kali sebelum membuka mata, melirik ke arah jam kecil di meja samping tempat tidurnya. Tampaknya semalam ia tertidur tanpa sempat mengganti dress nya dengan piyama. Hyeju beranjak duduk dan membuka tirai jendelanya, seperti biasa menatap ke arah matahari yang tampak telah meninggi karna kini pukul 9 pagi,
“Tadi malam itu ada apa ya. Sulit untuk di ingat tapi aku merasa ada yang aneh” Ketusnya mencoba memutar kepala nya tentang kejadian tadi malam. Meski hanya secuil alkohol yang masuk ke dalam perutnya, itu akan mempengaruhi kesadaran Hyeju dimalam itu, karna ia memang tak bisa meminum alkohol meskipun hanya setetes. Ia sangat lemah terhadap alkohol, karna itu ia tak bisa mengingat apapun kejadian malam tadi meski tampaknya ia sama sekali tak mabuk,
“Mata ku membengkak? Yang benar saja, apa yang ku lakukan sampai sebengkak ini” Ketusnya sebelum mengganti pakaian lalu masuk ke kamar mandi dan menggosok giginya sebelum berjalan ke lantai satu untuk membuat sarapan.
Sesekali Hyeju mengelus tengkuknya sambil menguap panjang karna masih merasa mengantuk. Ia melihat dirinya di kaca dengan mata bengkaknya, “Bodoh sekali jika tadi malam aku pergi ke acara ulang tahun dan menangis. Apa alasannya aku sampai menangis” Ketusnya pada diri sendiri didepan kaca, “Hah, entahlah. Aku bahkan tak tau bagaimana caraku masuk ke rumah dan tidur di kasur” Bagi Hyeju, sangat sulit untuk mengingat sesuatu yang ia lupakan, bahkan ia bisa sama sekali tak mengingat hal itu. Namun kemungkinan besar Hyeju akan kembali menangis ketika ia mengingat kejadian tadi malam.
Karna sekarang adalah hari bebas atau yang sering disebut dengan weekend, Hyeju memutuskan untuk pergi jalan jalan ke taman kota. Karna ia tak ingin melibatkan Minhyuk yang sepertinya masih sibuk dengan gulingnya. Jadi Hyeju pergi sendiri dengan sepedanya. Ketika ia tengah bersiap dengan baju kaus santai dan celana hot pants nya. Tiba tiba sebuah deringan terdengar dari ponselnya. Hyeju merongoh tasnya untuk dapat mengambil ponsel yang tengah berdering. Sebuah panggilan masuk dari Jonghyun, membuat Hyeju terperangah untuk beberapa saat, “Kenapa tiba tiba menghubungiku?” Batin Hyeju dalam hati, namun ia tetap menekan tombol hijau pada ponselnya,
“Halo?”
“Hyeju?” Panggilan itu membuat Hyeju sedikit terkejut, “Ya?” Jawabnya, “Bagaimana keadaanmu?”
“Tidak baik” Jawab Hyeju sesingkat mungkin, “Kau sakit?”
“Tidak”
“Kau masih marah?”
“Karna apa?”
“Aku tau kau marah karna gadis itu”
“Gadis yang mana?”
“Bisa kita bertemu?” Hyeju tampak berpikir, “Hm, entahlah. Aku tidak yakin”
“Bagaimana aku bisa menjelaskan semuanya jika kau seperti ini?”
“Memangnya kau mau menjelaskan apa?” Tanya Hyeju mengernyit, “Temui saja aku di taman kota. Aku tunggu” Hyeju terdiam, ia melihat dirinya ke arah kaca, “Bukankah aku memang mau ke taman kota saat ini?” Pikirnya bingung, “Baiklah” Jawab Hyeju sebelum mereka memutuskan sambungan telfon satu sama lain.
Entah kenapa saat ini Hyeju merasa Jonghyun dan dirinya memiliki kontak batin. Sebenci apapun Hyeju pada Jonghyun saat ini, tetap saja ia tak bisa menolak permintaan Jonghyun untuk datang ke taman kota.
Hyeju menyetop sebuah taxi yang lewat didepan rumahnya lalu meminta taxi itu mengantarnya ke taman kota.
Berbeda dari yang ada dalam pikirannya, ketika Hyeju sampai disana, ia tak melihat Jonghyun, “Apa lelaki itu mempermainkanku” Ketusnya terus berjalan melihat ke sekitar menemukan sosok yang ia cari,
Hyeju mulai kesal karna ia tak menemukan Jonghyun. Ia bilang akan menunggu Hyeju datang, tapi apa? Sepertinya Hyeju yang lebih dulu datang. Sebenarnya, hanya rasa kesal yang tampak dalam hati Hyeju saat ini. Entahlah, ia benar benar merasa bahwa Jonghyun menyukai gadis itu,
“Maaf, menunggu lama” Hyeju mengalihkan pandangannya ke arah seorang namja dengan baju kaus dan jeans biru dongker yang mengaitkan kamera slr canon di lehernya bersama kacamata hitam yang menutup kedua matanya dari sinar matahari. Hyeju tertegun, melihat lelaki didepannya bernafas terengah hingga beberapa kali terbatuk, embun bergumpal perlahan keluar dari mulutnya menandakan suasana disini begitu dingin.
Perlahan ia mengangkat kepalanya menatap Hyeju yang tampaknya masih bingung dengan lelaki di depannya, “Kenapa memakai baju setipis ini? Aku bahkan tak bawa jaket” Dari suaranya, Hyeju terdiam sejenak, “Jong..”
“Hai” Ucapan Hyeju terpotong, ketika lelaki itu melambai sambil menyunggingkan sedikit senyum di bibir sebelah kanannya. Benar, dia Jonghyun. Jonghyun yang baru saja Hyeju kesal kan karna ia tak muncul, bahkan saat ini Jonghyun tersenyum didepannya, “Aku.. Aku..”
“Ayo, waktu kita tak banyak” Jonghyun menggenggam tangan Hyeju dan menariknya agar sejajar disamping tempatnya berdiri, “Kita mau kemana?” Tanya Hyeju yang masih cukup bingung dengan arah kaki Jonghyun yang membawanya melangkah bersama, “Kemana saja, sehingga aku dapat mengatakan semuanya” Jawab Jonghyun menatap mata Hyeju lembut sebelum kembali mengalihkan pandangannya seakan mencari suasana yang tepat untuk bicara berdua,
“Disana saja” Tunjuknya pada sebuah jembatan kecil yang dibawahnya di aliri dengan sungai kecil, “Hm” Jonghyun menghela nafasnya perlahan lalu menatap ke arah Hyeju yang tampak terdiam sambil mengaitkan tangannya pegangan yang terdapat disepanjang jembatan kecil tersebut. Sesaat suasana menjadi begitu hening, “Aku tak punya banyak waktu” Ujar Hyeju melirik jam tangannya,
“Baiklah, kau marah karna apa?” Tanya Jonghyun, Hyeju menatap tajam ke arah Jonghyun yang saat itu juga menatapnya, “Aku marah karna apa? Kau bertanya aku marah karna apa?” Sanggahnya tengah mengeluh sejenak sebelum kembali melanjutkan kata katanya, “Memangnya sejak kapan kau peduli dengan rasa marah ku? Sejak kapan kau peduli aku mau marah atau tidak?”
“Hyeju, aku hanya ingin meluruskan apa yang membuat mu salah paham. Walaupun aku memang tidak peduli, tetap saja aku tak suka jika ada orang yang tidak menyukaiku dan nanti akan membuat hal hal yang akan menyakitkan aku atau dirinya sendiri” Jelas Jonghyun yang tampaknya masih menyembunyikan perasaannya, “Baik, kalau begitu kau seharusnya tidak peduli. Kau suka kan kalau aku membencimu seperti ini. Biarkan saja, diam saja. Jangan berbuat apa apa, aku akan mencoba untuk membencimu dari sekarang” Tegas Hyeju kesal dan mencoba untuk pergi dari sana. Ia berbalik dan menjauh dari tempat mereka berdua berdiri, “Aku akan pergi ke Amerika”
DEG,
Jantung Hyeju tersentak keras, langkah nya berhenti tiba tiba, matanya membulat tak percaya, “Aku akan ke Amerika beberapa minggu lagi, hanya beberapa minggu lagi. Karna itu jangan membenciku” Ujarnya dalam suasana yang cukup menegangkan. Suasana menjadi begitu hening, suara suara disekitar mereka seakan berhenti dan membuat keadaan disana begitu tenang, “5 tahun, tunggu aku selama 5 tahun. Setelah 5 tahun, aku akan kembali memikirkan perasaanmu. Aku akan kembali memikirkan apa kau memang yang terbaik untukku atau tidak” Hyeju berbalik, langkahnya yang tadi kesal kini berhenti melemah bahkan tak cukup menanggung beratnya saat ini, ia sedikit terkejut karna Jonghyun tiba tiba berkata seperti itu, “Apa?” Tanya nya tak percaya, namun wajahnya telah penuh dengan rintikan air mata, “Kau ke Amerika?” Ulangnya masih dengan nada tak percaya dan suara yang berat. Jonghyun menghela nafasnya ketika melihat Hyeju kembali menangis karna  nya. Perlahan Jonghyun melangkah kan kakinya mendekat ke arah Hyeju lalu mendekap erat tubuh gadis itu di pelukannya, kamera yang tadinya ia kalung kan di leher kini ia sandang di samping kirinya,
“Aku yang seperti ini, sangat sulit di pahami. Bahkan diriku sendiri, aku tak sepenuhnya memahami diriku. Karna itu, aku minta maaf jika perasaan ku ini sudah terlambat” Gumam Jonghyun dengan lembut, ini untuk pertama kalinya Jonghyun berkata dengan nada selembut itu pada Hyeju yang terisak didadanya. Perlahan Hyeju melingkarkan tangannya di pinggang Jonghyun sambil terisak didada lelaki itu, “Sudahlah, jangan menangis lagi. Aku tidak suka” Ungkapnya mengelus pelan rambut Hyeju.
..
Terlepas dari kesedihan itu, Jonghyun meminta Hyeju untuk tidak memikirkan hal yang akan datang, hanya pikirkan hal yang saat ini tengah menjadi sesuatu yang membuatnya bahagia. Hyeju juga meminta, di sela waktunya sebelum kepergian tersebut, ia ingin menjalin hubungan dengan Jonghyun sebagai sepasang kekasih. Memang bukan seperti sepasang kekasih yang normal karna mereka akan bertemu beberapa minggu lagi. Namun setidaknya Hyeju bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi kekasih dari seorang lelaki yang cuek, angkuh, dan tampak begitu dingin namun memiliki hati yang lembut.
Siang itu, mereka mengawali hubungan sambil berjalan jalan disekitar taman kota. Beberapa kali tampak Jonghyun mengambil foto Hyeju diam-diam. Tangan mereka terkadang bertaut satu sama lain. Sangat cocok, style yang Jonghyun gunakan saat ini. Sesuai dengan tipe Hyeju, ditambah lagi kacamata hitam dan kamera yang tersandang di tangannya, semakin membuat lelaki itu tampak tampan.
Hyeju tengah mengalihkan pandangannya ke arah belakang sejenak, melihat toko minuman dan saat ini ia merasa cukup haus, “Aku ingin beli minuman, kau mau?” Tanya nya pada Jonghyun yang tengah sibuk memotret beberapa pemandangan yang ia rasa indah, “Biar aku saja yang beli” Gumam Jonghyun menghentikan kesibukannya, “Tidak usah, aku saja. Tunggu disini” Balasa Hyeju tersenyum sebelum berjalan ke arah toko tersebut. Jonghyun tersenyum lalu kembali memotret beberapa figura lagi.
Beberapa saat setelah itu, Hyeju kembali membawakan 2 kotak minuman hot cappucino cream, “Ini” Hyeju mengulurkan satu kotak minuman pada Jonghyun, “Oh, Terima kasih” Jawab Jonghyun mengambil minuman tersebut. Mereka kembali berjalan ke arah taman bunga yang perlahan mulai berguguran karna musim dingin mulai datang. Jonghyun melihat 2 orang asing yang tengah mencoba untuk membalik-balikkan sebuah peta dan menunjuk ke arah berlawanan, “Sebentar ya,” Gumamnya pada Hyeju yang saat itu berjalan sejajar disampingnya,
“Excuse me, Can I help you, sir?” Tanya Jonghyun membungkukkan kepalanya tanda hormat, salah seorang dari mereka mengangguk dan satu nya lagi mencoba berbincang dengan Jonghyun, “Yes, after this we would like to visit Han river. But, we’re confused whisch one had to pass through the road. On the map say, we have to go to the north. But, we don’t know where north is currently” Jelas turis tersebut, Jonghyun mengangguk paham, “Ok, I understand. From here, you have to climb the busway at the bus halte until the next halte. Once there, you can walk about 15 minutes to reach the river Han” Jelasnya menunjuk sambil memainkan kedua tangan agar kedua turis itu memahami maksud dari ucapannya, “Oh, that’s right. Thank you very much” Turis tersebut mengulurkan tangannya dan di balas jabatan oleh Jonghyun dengan anggukan. Disana, Hyeju terperangah melihat cara Jonghyun mencoba memahami ucapan tersebut. Meskipun ia tak paham apa maksud dari pembicaraan itu, ia tetap merasa bangga dan berpikir bahwa Jonghyun pantas mengikuti training ke Amerika, “Ada apa?” Tanya Jonghyun ketika mata Hyeju tak berkedip menatapnya. Hyeju tersentak, “Ah, tidak” Gelengnya mengalihkan pandangan dan kembali menyeruput minumannya dengan pipet dan berjalan lebih dulu dari Jonghyun yang masih menatapnya dengan aneh.
Jalan terang memang sudah terlihat, tapi sebenarnya Jonghyun belum resmi mengatakan bahwa ia ingin Hyeju menjadikan kekasihnya. Namun bagi Hyeju, yang seperti ini sudah lebih dari cukup. Karna itu mencintai lelaki itu, mencintai lelaki itu tanpa alasan yang bahkan ia sendiri tak mengetahui tujuan nya untuk mencintai lelaki yang bernama Jonghyun ini,
“Aku ingin, sebelum kau pergi ke Amerika. Kau harus pamit dan minta izin dulu pada Ibumu” Hyeju mencoba untuk membuat Jonghyun kembali memikirkan keluarganya. Mendengar itu Jonghyun hanya diam, namun tak ingin membentak Hyeju atau membuat gadis itu menangis lagi. Ia seakan meminta waktu untuk berpikir kapan waktu yang tepat untuk menemui ibunya, memang rencana itu sudah terpikir sejak dulu dan sampai saat ini belum sempat ia lakukan, “Dengan syarat, kau harus ikut dengan ku”
“Untuk?”
“Setidaknya kau menemaniku ke sana kan? Kau yang memintaku untuk menemuinya” Alih Jonghyun kembali fokus pada kameranya, “Baiklah, akan ku temani. Jadi, kapan?”
“Kapan saja, kapan kau punya waktu luang” Gumamnya tersenyum pada Hyeju. Hyeju sontak membalas senyuman itu tanpa berpikir lebih dulu, senyuman itu.. senyuman yang sama dengan yang Jonghyun berikan pada gadis nail art, “Jonghyun? Tentang gadis itu,-”
“Oh, benar. Aku lupa menjelaskannya padamu” Keluhnya mengelus tengkuk pelan, “Namanya Jin Ri, dia gadis yang menyukai ku waktu SMA dulu”
“Menyukaimu? Jadi kau juga menyukainya? Pantas kau begitu lembut bersikap dengannya” Gumam Hyeju meski hatinya merasa sedikit sakit, “Bukan begitu, Jin Ri memang suka padaku, aku awalnya memang tak begitu tertarik dengan perasaannya. Tapi aku tak bisa egois pada sikapku setelah aku tau bahwa ia adalah sepupu ku. Mau tak mau aku harus bersikap baik untuk menjaga kehormatan keluarga ku, kan” Jelasnya, Hyeju menggigit bibir bawahnya sejenak, “Baiklah” Angguk nya lalu kembali sibuk sendiri, Jonghyun merasa itu bukanlah jawaban yang tepat untuk semua penjelasannya, “Kau tidak berpikir hal lain kan?” Tanya nya mencoba untuk yakin, “Tidak, tidak sama sekali” Geleng Hyeju dengan wajah datarnya. Saat ini, Jonghyun belum menyadari apa maksud dari raut wajah tersebut, walaupun saat ini Hyeju sedang kesal atau marah, ia tak akan menyadari hal itu, “Oh, baiklah”
Sore itu, Jonghyun mengantar Hyeju sampai didepan rumahnya, “Mau masuk dulu?” Tanya Hyeju setelah turun dari motor Jonghyun sambil membuka helmnya, “Tidak, aku ada urusan penting” Tolak Jonghyun, “Baiklah, hati hati” Hyeju tersenyum dan melambai pelan ketika motor Jonghyun berlalu pergi dari pekarangan rumahnya, “Ehem!” Ujar seseorang dari belakang dengan nada menekan sehingga Hyeju membalikkan tubuhnya mencari asal suara. Tampak Minhyuk berdiri sambil tersenyum sinis ke arahnya, “Minhyu~k!” Teriak Hyeju lalu berlari menghampiri Minhyuk sebelum memeluk lelaki itu dengan erat, “Ia menyukai ku, Ia menyukai ku, Ia menyukai ku!!” Teriaknya dalam pelukan tersebut. Minhyuk tersenyum, “Baguslah” Komentarnya senang, “Aku benar benar senang saat ini”
“Kalau begitu aku juga” Balas Minhyuk yang masih dalam pelukan Hyeju, meski sebenarnya Minhyuk merasa akan kehilangan sikap keistimewaan yang selalu Hyeju berikan untuknya.
..
Hari hari itu berlalu dengan cepat, tak terasa keberangkatan Jonghyun hanya tinggal 2 hari lagi. Rasa sedih tentu merasuki Hyeju, akan kehilangan orang yang ia sayangi selama 5 tahun lamanya, ini bukan masalah hati, jarak memisahkan mereka, meski begitu mereka tak pernah benar benar resmi menjadi sepasang kekasih. Hyeju tak pernah meminta Jonghyun untuk menyatakan perasaannya, ia bersyukur karna Jonghyun tak lagi membuatnya menangis seperti dulu, baginya itu sudah cukup. Ia tak meminta lebih dan memberikan kesempatan untuk rasa egonya, meski sebenarnya mereka masih bersikap seperti biasa, setidaknya Hyeju tau Jonghyun menerima perasaannya.
Hari ini, Jonghyun berjanji untuk menjemputnya. Mereka akan pergi ke kantor Ibu Jonghyun untuk menyampaikan keberangkatan nya ke Amerika. Hyeju menatap ke arah jam tangannya, ia tengah menunggu Jonghyun menjemputnya.
Beberapa saat kemudian terdengar suara klakson motor Jonghyun didepan gerbangnya yang membuat Hyeju berlari keluar rumah untuk menemuinya, “Kita pergi?” Tanya Jonghyun pada Hyeju yang menutup pintu gerbangnya, “Iya” Jawab Hyeju dengan anggukan.
Mereka menempuh perjalan sekitar 10 menit di atas motor, lalu sampai didepan sebuah gedung tinggi yang bermerek “Cha” terbentang lebar di atas gedung tersebut, “Woah..” Hyeju terdiam, ia tak menyangka ini adalah perusahaan yang Ibu Jonghyun miliki, ia terpesona dengan kekayaan Jonghyun, tapi ia tak akan memandang dari hal tersebut, karna ia memang mencintai Jonghyun dari hatinya, bukan hartanya.
Jonghyun memarkir motornya dan Hyeju turun lebih dulu, masih terpesona dengan gedung didepan matanya, “Ayo” Ajak Jonghyun menggenggam tangan Hyeju dan masuk ke dalam gedung tersebut. Tangan kekar yang lembut itu terasa tegang, berkeringat, dan dingin. Meskipun Jonghyun tak mengatakan rasa cemasnya saat ini, tetap saja Hyeju tau apa yang lelaki ini rasakan, “Tenanglah Jonghyun, semua akan berjalan lancar”
“Apa?” Tanya Jonghyun mengalihkan pandangannya pada Hyeju, “Aku lihat kau sedikit panik,”
“Ahaha, tidak, tidak sama sekali” Gelengnya sambil tersenyum, “Tapi kau menggenggam tangan ku terlalu erat,”
“Ah, benarkah? Maafkan aku” Ujarnya melirik ke arah tangan mereka dan melonggarkan sedikit genggaman itu, “Aku takut kau dan aku terpisah di gedung ini, sangat sulit untuk menemukanmu” Ujarnya mencari alasan sebelum mereka masuk ke lift. Hyeju hanya tersenyum mengerti meski ia tau itu hanya sebuah alasan.
Jonghyun menekan lantai 57, dimana itu adalah lantai ketiga tertinggi digedung tersebut, “Kau, tidak takut ketinggian kan?” Tanya Jonghyun pada Hyeju, “Tidak” Gelengnya yang membuat Jonghyun mengangguk mengerti.
Setelah sampai dilantai tersebut, Jonghyun mendatangi sebuah meja yang terletak didepan pintu sebuah ruangan, “Tunggu disini, ya” Gumam Jonghyun meminta Hyeju untuk duduk disebuah kursi, lalu ia mencoba untuk berbincang dengan seorang wanita dimeja tersebut.
Hyeju menatap ke sekitar, didalam ruangan itu tampak beberapa orang tengah duduk disebuah meja yang panjang, seperti nya sedang ada rapat penting, “Hyeju, kita diminta untuk menunggu, beberapa menit lagi rapatnya akan selesai” Sahut Jonghyun mendekat dan duduk disampingnya, “Jonghyun, sebaiknya aku tunggu diluar saja”
“Kenapa?”
“Tidak, aku tidak mungkin masuk ke dalam. Ibumu pasti ingin cerita banyak” Gumam Hyeju karna tak ingin menjadi pengganggu dalam interaksi mereka, “Masuklah bersamaku, ketika aku merasa gugup atau kesal nanti, kau bisa pegang tanganku dan menenangkanku” Balas Jonghyun tegas namun dengan ulasan nada lembut, “Jujur saja, aku sangat takut jika ia tak menerima kepergian ku ke Amerika. Aku takut akan menyakitinya dengan kata kata ku yang tak pernah dapat ku kontrol”
“Jonghyun,-”
“Duduklah disampingku, hanya beberapa menit saja. Aku tak akan lama” Pintanya sekali lagi, Hyeju tampak berpikir kembali melihat ke dalam ruangan tersebut, “Baiklah” Jawabnya kemudian dan membuat Jonghyun tersenyum,
“Oppa?” Panggilan itu membuat mata mereka teralihkan ke arah yang sama, “Jin Ri?”
“Apa yang Oppa lakukan disini?” Tanya seorang gadis dengan dress putih dan beberapa buku ditangannya, “Menemui Ibu” Jawabnya jujur,
“Apa?” Tampak Jin Ri mengernyit tak percaya, “Oppa ingin menemui Bibi?” Ulangnya masih dengan nada terkejut, “Ya, sepertinya begitu” Angguknya seraya berdiri dari duduknya bersama Hyeju. Hyeju hanya diam, ia tau ini adalah orang yang sama dengan yang ia temui di kampus saat itu, “Ini, siapa?” Tanya Jin Ri melirik ke arah Hyeju,
“Namanya Hyeju, dia kekasihku sekarang”
“Apa?” Jin Ri kembali mengernyit, “Halo” Bungkuk Hyeju menyunggingkan sedikit senyuman, “Kekasih?” Ulang Jin Ri, “Ya, mungkin belum. Tapi mungkin nanti”
“Oh, jadi belum pasti” Ketusnya mengalihkan pandangan ke arah beberapa buku yang ia bawa, “Baiklah, aku harus pergi, ada yang harus ku antar kan kedalam. Oppa, Aku senang kau akan menemui Bibi, karna selama ini, itu lah yang Bibi inginkan. Aku tak tau bagaimana cara gadis ini meminta mu untuk menemui Bibi hingga kau mengiyakan ajakannya, karna selama ini aku yang selalu meminta mu untuk datang, kau selalu tidak mau” Gumam Jin Ri dan berlalu pergi dari sana. Sepertinya Jin Ri kesal karna Jonghyun kini memiliki Hyeju.
Disisi lain, Hyeju senang karna Jonghyun berkata bahwa ia adalah kekasihnya, meski akhirnya Jonghyun merasa hal itu belum pasti, “Maafkan sikap Jin Ri, dia memang seperti itu”
“Tak apa” Jawab Hyeju tersenyum ke arah Jonghyun.
Beberapa menit setelah itu, tampak semua anggota yang tadinya mengikuti rapat keluar satu persatu, termasuk Jin Ri yang sebenarnya juga bekerja disini untuk membantu Ayahnya yang sedang sakit. Tentu saja ia keluar tanpa peduli dengan Jonghyun dan Hyeju, tampaknya ia benar benar kesal dengan hal itu,
“Tuan Cha, anda bisa masuk sekarang” Ujar seorang wanita yang duduk dibalik mej tersebut. Jonghyun mengangguk dan menatap Hyeju agar gadis itu juga ikut masuk bersamanya.
Jonghyun membuka pintu ruangan tersebut dan melihat Ibunya tengah membereskan beberapa berkas yang berserakan di mejanya, tangan Jonghyun tak lepas dari genggamannya pada tangan Hyeju. Saat mereka melangkah masuk, Ibunya langsung melirik ke arah pintu dan terkejut ketika tau siapa yang datang, “Jonghyun” Gumamnya dengan nada bergetar, tampak beberapa kerutan di wajahnya saat itu. Ia menghentikan kesibukannya dan berjalan mendekat ke arah Jonghyun yang hanya terdiam sambil berdiri di tempatnya, “Jonghyun-ku” Gumamnya kembali ketika mencoba untuk memeluk tubuh Jonghyun yang lebih tinggi darinya. Jonghyun tak membalas, tangannya masih bertaut pada Hyeju yang saat ini berdiri dibelakangnya. Melihat itu, Hyeju melepaskan genggaman tangannya agar Jonghyun bisa membalas pelukan tersebut.
Isakan Ibu di dada Jonghyun membuatnya tak dapat menahan air mata, Setahun mereka tak saling bicara bahkan tak bertemu muka. Tentu rasa rindu itu tak dapat lagi di hindari, “Ibu..” Panggil Jonghyun dengan suaranya yang mulai ikut bergetar karna menahan tangis. Tangannya perlahan memeluk tubuh Ibunya dengan erat. Lalu mereka hanyut dalam suasana haru yang membuat Hyeju menunduk untuk menahan air matanya ikut jatuh, “Ibu merindukanmu, nak. Sungguh”
“Aku juga, bu” Jawabnya, “Maafkan Ibu, nak”
“Aku juga minta maaf, bu”
“Ibu sayang padamu, Jonghyun”
“Aku lebih menyayangimu, bu” Hyeju menyeka air matanya dalam suasana tersebut, masih terdengar isakan antara keduanya. Namun tampaknya Jonghyun tak ingin melanjutkan tangisannya, “Ibu, sudahlah. Jangan menangis lagi” Gumamnya mencoba melepas pelukan itu dan menyeka kedua air mata Ibunya sambil tersenyum, “Ibu tampak tua, apa makan dengan teratur? Apa Ibu sehat? Apa tidur Ibu lelap?” Tanyanya menyentuh kedua pipi Ibunya dengan lembut, “Ibu baik baik saja, nak” Jawab Ibunya mencoba menyunggingkan sedikit senyuman di sela tangisan tersebut, “Kalau begitu aku juga baik, bu” Balas Jonghyun,
“Kau terlihat tampan, nak. Aku benar benar tak mengenalimu saat kau masuk”
“Ibu mengejekku, ya” Gumamnya terkekeh pelan, “Tidak, nak” Geleng Ibunya ikut terkekeh lalu kembali memeluk Ibunya melepas rasa rindu tersebut. Jonghyun baru saja ingat, bahwa ia datang kesini bersama Hyeju,
“Ibu, kenalkan ini Hyeju” Ujar Jonghyun menarik Hyeju untuk berdiri sejajar dengannya, “Namamu Hyeju?” Ulang Ibu Jonghyun memandang ke arah Hyeju dan menyentuh kedua pipinya dengan lembut, “Benar, Bi” Angguk Hyeju tersenyum lembut,
“Ini kah menantu Ibu?” Tanya nya kemudian melirik ke arah Jonghyun, Hyeju tersenyum malu, “Belum, bu. Tapi nanti” Ujar Jonghyun,
“Baiklah, kalian duduk dulu. Ibu akan meminta teh pada sekretaris, “Tidak usah, bu. Aku hanya sebentar disini” Gumam Jonghyun yang saat itu menahan Ibunya dan meminta Ibunya untuk duduk lebih dulu sebelum ia duduk disamping Hyeju,
“Baiklah, jadi apa yang ingin kalian bicarakan? Apa kedatangan kalian kesini untuk meminta restu?” Tebak Ibunya, Hyeju tertegun, pipinya memerah padam, “Bukan, bu. Aku hanya ingin menjengukmu” Balas Jonghyun, “Dan menyampaikan kabar baik,”
“Apa itu?”
“Aku akan ke Amerika lusa, untuk training disana selama 5 tahun. Aku di pilih untuk menjadi penerjemah perusahaan asing USA” Sahutnya memulai pembicaraan tersebut, “Amerika? Secepat ini?”
“Sepertinya begitu, bu. Aku hanya ingin memberitahu Ibu tentang hal ini. Untuk 5 tahun ke depan, aku tak akan berada di Korea” Ibu Jonghyun mengangguk mengerti, “Jika ada apa apa, hubungi Ibu. Ibu akan meminta beberapa orang untuk membantumu disana. Begitu juga jika kau kekurangan uang, bilang pada Ibu”
“Tidak, bu. Aku sudah terbiasa untuk hidup sendiri, bagiku jika Ibu tetap ingin menjadi Ibuku saja, itu sudah cukup” Ujarnya dengan tulus. Ibu Jonghyun tersenyum lembut, “Aku akan selalu menjadi Ibumu, nak. Walaupun bukan Ibu yang baik”
“Terima kasih, bu”
..
Semenjak keluar dari ruangan itu, Hyeju beberapa kali melihat Jonghyun tersenyum sendiri saat mereka berada di lift, “Menyenangkan, ya. Jika memiliki seorang Ibu yang menyayangi kita seperti itu” Gumam Hyeju, “Benar, sangat menyenangkan” Jawab Jonghyun dengan anggukan, ia lalu melirik Hyeju, “Hyeju, terima kasih” Hyeju tersenyum senang. Baginya, ini adalah awal dari sebuah kekeluargaan yang baru,
“Mau makan siang bersama ku?” Tanya Jonghyun, Hyeju tertegun, “Makan siang?” Ulangnya tak percaya,
“Kenapa wajahmu jadi aneh?”
“Ah tidak, karna dulu sangat sulit mengajakmu makan siang. Tapi sekarang kau yang memintaku untuk-”
“Dulu dan sekarang itu keadaannya jauh berbeda. Maaf jika aku membuatmu kesal saat itu. Sampai harus menungguku seharian dengan pakaian setipis itu” Ujarnya kembali mengingat saat dimana Hyeju menunggunya di halte dengan piyama dan sepeda, “Sudahlah, dulu dan sekarang itu keadaannya jauh berbeda” Balas Hyeju dengan kalimat yang sama, membuat Jonghyun merasa gadis itu meniru kalimat miliknya, “Dasar!” Ketusnya mengacak rambut Hyeju sambil tersenyum, membuat Hyeju terkekeh pelan.
..
Hari ini, adalah hari dimana Jonghyun akan bersiap-siap untuk berangkat. Tiket pesawat yang ia naiki akan berangkat tepat jam 10. Tak ada waktu untuk menunggu. Ia telah mempersiapkan semuanya dengan baik, dibantu berkemas oleh Hyeju, dan Jonghyun.
Jam menunjukkan pukul 9.45 dan Jonghyun sudah berada di bandara. Hyeju berjanji akan datang, namun setengah jam lagi sebelum keberangkatannya, Hyeju masih belum tampak di bandara. Ketika ia mencoba menghubungi gadis itu, ponselnya tak aktif. Itu cukup membuat Jonghyun frustasi. Ia tak mungkin pergi tanpa berpamitan. Setidaknya untuk mengucapkan selamat tinggal atau sampai jumpa,
Pemberitahuan kepada seluruh penumpang yang akan berangkat menuju USA, segera kembali melihat barang-barangnya agar tak ada yang tertinggal, terima kasih
Ujar sebuah suara dari speaker bandara, “Dimana gadis itu” Ketusnya melirik ke arah jam tangan yang terlingkar di pergelangan tangan kirinya, “Jonghyun?” Panggil sebuah suara ketika ia beranjak untuk berdiri dan membawa tas sandangnya. Seorang gadis berlari menghampirinya dan tersenyum dengan paksaan, dia Hyeju. Jonghyun terdiam, menatap dalam mata gadis yang sangat ia sayangi itu, “Kau akan kembali kan?” Tanya nya dengan mata berkaca-kaca, “Aku akan kembali” Jawab Jonghyun tersenyum dan mengelus pelan rambut Hyeju, “Jangan lupakan aku, mengerti?”
“Iya”
“Tetaplah menghubungi ku jika ada waktu senggang”
“Baiklah”
“Jaga kesehatan dan tetap tidur pada waktunya”
“Aku mengerti” Hyeju tak dapat melanjutkan pesannya, ia terlalu berat untuk mengatakan semua itu, setelah semua yang mereka alami bersama. Hanya cibiran dengan mata berkaca kaca yang tampak pada wajahnya seakan menahan air matanya yang ingin meledak keluar, “Jangan menangis, hanya 5 tahun. Tak akan lebih” Gumam Jonghyun menggenggam kedua pundak Hyeju untuk menguatkan gadis itu, “Tetap lah.. Tetap lah menyukaiku” Isaknya dengan tundukan, “Jangan pernah mengubah perasaanmu ini, ku mohon” Lanjutnya. Jonghyun tertegun mendengar ucapan itu, ia menghela nafas kecil lalu beralih memeluk erat gadis yang sangat ia sayangi itu,
“Pasti. Aku tak akan mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya” Jawabnya dengan tegas dalam pelukan tersebut. Minhyuk yang sejak tadi berdiri dibelakang mereka hanya tersenyum haru melihat itu. Ini lah yang tak pernah Hyeju lihatkan padanya, rasa sayang yang seperti ini yang sama sekali belum Minhyuk rasakan dari Hyeju,
“Minhyuk, Jaga Hyeju dengan baik. Aku mempercayaimu” Sahut Jonghyun menepuk pelan pundak Minhyuk, “Aku mengerti. Kau juga baik baik disana”
“Oke” Angguk Jonghyun tersenyum dan kembali mengalihkan matanya pada Hyeju, “Sudahlah jangan menangis. Aku sudah bilang, semua nya akan baik baik saja”
“Aku tidak menangis” Geleng Hyeju, “Lalu ini apa?” Jonghyun menyeka pelan air mata Hyeju, “Dia keluar sendiri” Ujarnya memberi alasan, “Tak ada yang perlu kau takutkan. Aku dan hatiku disana ketika kembali ke sini, akan terlihat sama. Aku berjanji” Sahutnya meyakinkan Hyeju, “Aku percaya padamu, Jonghyun”
“Kau memang harus mempercayaiku” Jonghyun tersenyum percaya diri didepan Hyeju, “Aku pergi, sebentar lagi pesawatnya akan berangkat”
“Hati hati” Lambai Hyeju yang kini berada disamping Minhyuk, “Pasti” Jawab Jonghyun dengan lambaian, Minhyuk ikut melambai pelan, “Ia akan baik baik saja, Hyeju”
“Semoga” Ujarnya menghapus air matanya untuk kesekian kalinya.
Setelah itu, Hyeju melihat pesawatnya lepas landas dari bandara, “Ia akan kembali kan” Tanya Hyeju yang melihat dari arah jendela kaca luas, “Jonghyun bukan seseorang yang suka mengingkari janjinya”
..
Suara alarm membuat Hyeju membuka matanya, Ia mengeluh pelan sambil mematikan alarm tersebut, “Eungh!” Ketusnya kembali menarik selimut, “Hyeju~ Kapan kau akan bangun” Ketus Ibunya mengetuk pintu dari luar, “Sebentar lagi” Teriaknya sambil menutup telinga, “Hari ini kau punya tamu, cepat mandi dan turunlah” Ketus Ibunya sebelum berhenti mengetuk pintu tersebut, “Tamu?” Ujarnya membuka mata dan keluar dari selimut, “Tamu apa datang pagi pagi begini” Ketusnya dan berjalan gontai menuju kamar mandi.
Setelah mandi cukup lama, dan memakai seragam kantor karna ia sudah menjadi staff disebuah perusahaan besar. Ia berjalan keluar dari kamar sambil menyandang sebuah tas coklat yang selalu ia bawa ke kantor. Saat membuka pintu kamar, “Sudah 5 tahun ya..” Langkahnya terhenti, dan berbalik melihat ke arah seseorang yang berdiri disamping pintunya dan bersandar ke dinding, ia mengernyit namun belum mengatakan apa apa karna orang itu memakai topi hitam dengan kacamata berwarna senada, “Aku sudah bilang, aku akan kembali” Ujarnya melanjutkan sambil membuka topi dan kacamata itu secara bersamaan.
Mata Hyeju membulat tak percaya, seseorang yang sejak dulu ia tunggu kehadirannya bahkan tak menginginkan kepergian itu terjadi akhirnya kembali, “Jonghyun” Panggilnya tak percaya, “Iya?” Jawab lelaki yang ternyata adalah Jonghyun. Tas coklat ditangannya terjatuh begitu saja. Dengan cepat Hyeju mendekat dan memeluk Jonghyun dengan erat. Sampai Jonghyun tertawa keras karna melihat ekspresi Hyeju yang sangat sesuai dengan apa yang ia pikirkan. Jonghyun tak dapat menahan beban Hyeju dan akhirnya mereka terduduk bersama dilantai meski masih berpelukan, “Hei, kau ini bertambah berat ya” Ketus Jonghyun, “Enak saja!” Ketus Hyeju dibalik pelukannya. Jonghyun terkekeh, “Kau senang?”
“Tentu saja”
“Kalau begitu aku juga” Hyeju dan Jonghyun tersenyum bersamaan dalam pelukan itu, “Kau tidak berubah sama sekali” Gumam Hyeju,
“Tapi kau berubah banyak”
“Apa?!” Hyeju melepas pelukan itu dan menatap tajam ke arah Jonghyun, “Kau tampak gemuk, tampak chubby, dan tampak lebih cantik dari 5 tahun yang lalu” Ujarnya yang membuat Hyeju tersipu malu, “Dasar Jonghyun! Lalu kalau aku tampak gemuk memangnya kenapa? Kau tidak suka?”
“Di Amerika, sangat banyak gadis yang berbody seksi. Jadi yang seperti ini bukan tipe ku lagi” Ujarnya terkekeh pelan, “Jonghyun!” Hyeju memukul pelan kepala lelaki itu hingga ia tertawa keras, “Kau benar benar...” Hyeju kesal dengan ucapan Jonghyun yang seperti itu,
“Tidak, Hyeju. Aku sudah bilang, aku dan hatiku tak akan berubah” Ujarnya memeluk Hyeju dengan lembut, “Jadi?”
“Jadi... Maukah kau menikah denganku?”

FINISH 
Pesan yang dapat di ambil dari Fanfiction ini ialah :
  • 1.       Sebuah masalah, adalah cobaan. Rintangan dimana ia memintamu untuk menyelesaikannya secara baik baik. Disana juga kau akan diajarkan bagaimana caranya untuk bersabar dan dapat memberikan yang terbaik untuk jalan keluar dari masalah tersebut
  • 2.       Cinta, tak bisa di paksakan. Ketika kau memaksakan sebuah hubungan tanpa didasari dengan rasa cinta, maka semua itu akan berakhir dengan rasa sakit. Lebih sakit ketika ia menolak cintamu sejak awal.
  • 3.       Jangan pernah berpura-pura kuat dalam menghadapi sesuatu yang tak mampu kau hadapi, cobalah untuk tetap berfikir positif dan bila perlu ceritakan lah semua hal yang perlu kau ceritakan pada orang terdekat seperti teman atau keluarga. Karna mereka dapat membantumu dalam mencari jalan keluar dari masalahmu.
  • 4.       Utamakan keluarga. Didunia ini tak ada yang dapat kau percayai selain keluargamu. Bahkan temanmu sendiri dapat mencelakaimu. Terutama percayalah kepada kedua orang tuamu, karna orang tua tidak pernah membiarkan anaknya mendapatkan kesulitan. Mereka akan membantu, dengan hati dan kasih sayang dari mereka.
  • 5.       Berprasangka buruk, hanya akan mendatangkan rasa malu. Berpikirlah sebelum berkata dan berbuat sesuatu. Karna apa yang kau tanam itulah yang akan kau tuai nanti.   
FunFiction by : Aulia Fachrunnisa Hanafi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar